Presiden Israel Isaac Herzog Sebut Negaranya Berada di Ambang Perang Saudara
Presiden Israel telah memperingatkan bahwa negara Yahudi itu kini berada di ambang perang saudara karena munculnya usulan reformasi peradilan.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, TEL AVIV - Presiden Israel Isaac Herzog telah memperingatkan bahwa negara Yahudi itu kini berada di ambang perang saudara karena munculnya usulan reformasi peradilan oleh pemerintah yang baru terpilih.
Di tengah berlangsungnya aksi protes nasional, Herzog mengajukan serangkaian reformasi alternatif, yang telah ditolak oleh Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu.
"Mereka yang berpikir bahwa perang saudara yang nyata, dengan nyawa manusia, adalah perbatasan yang tidak akan kami lewati, sesungguhnya mereka tidak tahu bahwa jurang itu berada dalam jarak yang dekat. Dengan harga berapapun dan dengan cara apapun, saya tidak akan membiarkan hal itu terjadi," kata Herzog dalam pidato videonya pada Rabu lalu.
Dikutip dari laman Russia Today, Jumat (17/3/2023), Israel telah diguncang oleh aksi protes yang dilakukan terus menerus sejak Netanyahu mengumumkan reformasi yang diusulkannya pada Januari 2023.
Baca juga: 3 Orang Terluka dalam Serangan Udara Israel di Suriah, Beberapa Rudal Dilumpuhkan
Perubahan hukum ini tidak hanya akan memungkinkan parlemen Israel untuk mengesampingkan keputusan Mahkamah Agung (MA) dengan suara mayoritas sederhana.
Namun juga akan memberi pemerintah lebih banyak kekuasaan dalam menunjuk hakim, dan akan membatasi kemampuan pengadilan untuk meninjau Undang-undang (UU) yang dianggapnya 'tidak masuk akal'.
Parlemen Israel pada Selasa lalu memilih untuk memajukan RUU yang akan memungkinkan anggota parlemen untuk mengesampingkan keputusan.
Pemungutan suara dilakukan setelah ratusan ribu demonstran turun ke jalan-jalan di Tel Aviv, Yerusalem, Haifa, dan kota-kota Israel lainnya selama akhir pekan untuk menentang pengesahannya.
Herzog, yang perannya sebagian besar bersifat seremonial saja, menanggapinya dengan mengusulkan paket reformasi alternatif.
Rencana Herzog masih akan melarang pengadilan untuk meninjau UU yang dianggapnya 'tidak masuk akal', namun akan memungkinkannya membatalkan keputusan parlemen dengan mayoritas dua pertiga hakim.
Di antara kompromi lainnya, itu juga akan memungkinkan parlemen untuk mengesampingkan keputusan, namun hanya dengan persetujuan dari setidaknya satu cabang pemerintahan lainnya.
Di sisi lain, Netanyahu menolak rencana Herzog, dan mengatakan kepada wartawan bahwa itu 'hanya akan melanggengkan situasi yang ada'.
Baca juga: Pilot Elit Angkatan Udara Israel Ikut Mogok Menentang Kebijakan Reformasi Peradilan PM Netanyahu
Penolakannya pun memicu aksi protes baru pada Rabu malam, saat para demonstran berkumpul di Bandara Ben Gurion di Tel Aviv dalam upaya untuk mengganggu rencana perjalanan Netanyahu ke Jerman.
Kritik terhadap Netanyahu berpendapat bahwa perubahan hukum akan memungkinkan Netanyahu memerintah secara otoriter, dan mengesahkan UU yang melindunginya dari penyelidikan korupsi yang sedang berlangsung.
Herzog berpihak pada para kritikus ini minggu lalu dan menyebut reformasi itu 'menindas' dan anti demokrasi.
Dalam seruan sebelum pemungutan suara pada Selasa lalu, ia menyatakan bahwa reformasi telah memicu 'krisis konstitusional dan sosial', dan harus ditinggalkan sebelum Israel menderita 'dampak diplomatik, ekonomi, sosial dan keamanan'.