Reaksi Turis Ukraina di Bali soal Seruan Perubahan Aturan Visa, Merasa Dirugikan Ulah Turis Rusia
Turis Ukraina kecewa mendengar seruan perubahan aturan visa, menyebut sebagian besar masalah yang terjadi di Bali adalah ulah Turis Rusia.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Whiesa Daniswara
Namun pihak berwenang Bali tampaknya siap untuk membuat contoh Rusia dan Ukraina di tengah meningkatnya perdebatan publik tentang persepsi perilaku mereka.
“Mengapa kedua negara ini? Karena mereka sedang berperang maka mereka berbondong-bondong ke sini,” kata Gubernur Bali, I Wayan Koster dalam jumpa pers pekan lalu.
Baca juga: Wisatawan Rusia dan Ukraina yang Manfaatkan Visa on Arrival Cenderung Turun
Masuknya orang Rusia dan Ukraina ke Bali terjadi meskipun Ukraina telah melarang semua pria berusia 18 hingga 60 tahun meninggalkan negara itu.
Rusia tidak memiliki larangan resmi, tetapi telah memobilisasi 300.000 cadangan untuk bergabung dalam pertempuran, mendorong banyak pemuda untuk melarikan diri ke luar negeri daripada wajib militer.
Phuket Juga Menjadi Target Turis
Meski Bali sudah menjadi tujuan favorit turis Rusia bahkan sebelum perang, daya tariknya menjadi semakin menarik setelah invasi Putin dan mobilisasinya.
Tetapi tak hanya Bali, Pulau Phuket di Thailand selatan, yang sering dipuji sebagai salah satu tujuan pantai terbaik dunia, tiba-tiba dibanjiri pendatang dari Rusia.
Banyak dari para turis berinvestasi di properti untuk memastikan mereka dapat menikmati masa inap jangka panjang.
“Kehidupan di Rusia sekarang sangat berbeda,” kata seorang mantan bankir investasi dari St. Petersburg yang membeli sebuah apartemen di dekat distrik Kota Tua Phuket kepada CNN.
Dia menolak untuk mengungkapkan identitasnya karena takut akan pembalasan dari otoritas Rusia.
“Tidak ada yang mau tinggal dan hidup di tengah perang,” katanya.
“Sangat menegangkan memikirkan kemungkinan kembali ke Rusia dan dihukum. Jadi masuk akal untuk berinvestasi di tempat yang harganya lebih murah dari Moskow dan lebih aman."
Visa 60 Hari
Di Bali, sebagian daya tariknya adalah kebijakan Indonesia yang mengizinkan warga negara lebih dari 80 negara – termasuk, setidaknya untuk saat ini, Rusia dan Ukraina – untuk mengajukan visa on arrival.