Wagner Peringatkan Rusia soal Niat Ukraina Luncurkan Serangan Skala Besar Akhir Maret
Kepala tentara bayaran Rusia Grup Wagner, Yevgeny Prigozhin mengatakan Ukraina akan melancarkan serangan skala besar pada akhir Maret atua awal April.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Arif Fajar Nasucha
TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin tentara bayaran Rusia, Wagner Group Yevgeny Prigozhin memperingatkan Menteri Pertahanan Moskow, Sergey Shoigu bahwa tentara Ukraina sedang merencanakan serangan dalam waktu dekat.
Menurutnya, Ukraina berusaha untuk memotong pasukan Rusia dari induk tentara Moskow yang ada di Ukraina timur.
Dilansir Al Jazeera, Prigozhin mengatakan Ukraina merencanakan serangan skala besar pada akhir Maret atau awal April, dalam sebuah surat yang diterbitkan oleh layanan persnya pada Senin (20/3/2023).
"Saya meminta Anda mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk mencegah perusahaan militer swasta Wagner terputus dari kekuatan utama tentara Rusia yang akan menyebabkan konsekuensi negatif untuk operasi militer khusus," katanya.
Ini adalah pertama kalinya Prigozhin menerbitkan korespondensi seperti itu dengan menteri pertahanan, yang sering ia kritik atas pelaksanaan perang.
Prigozhin mengatakan dia memberikan perincian rencana Ukraina dan proposalnya sendiri untuk melawannya dalam lampiran surat, yang tidak dia publikasikan.
Baca juga: Rangkuman Kunjungan Xi Jinping ke Rusia: Undang Putin ke China dan Bahas soal Ukraina
Namun ia tidak menjelaskan bagaimana atau dari mana mengetahui niat Ukraina.
Pertempuran untuk Bakhmut
Pasukan Wagner saat ini menguasai 70 persen kota Bakhmut di Ukraina, yang telah mereka coba rebut sejak musim panas lalu dalam pertempuran perang terpanjang dan paling berdarah.
Dalam komentar terpisah yang diterbitkan oleh saluran berita regional di Telegram, Prigozhin mengatakan ada "kemungkinan besar" kota Belgorod di Rusia selatan akan menjadi salah satu sasaran serangan Ukraina yang akan datang.
Ia tidak memberikan bukti untuk mendukung pernyataannya bahwa Ukraina mungkin melancarkan serangan besar-besaran ke kota Rusia.
Rusia sering menuduh Ukraina melakukan serangan lintas batas yang terisolasi dengan drone dan cara lain. Ukraina belum mengklaim bertanggung jawab atas insiden tersebut.
Baca juga: Populer Internasional: Rusia Selidiki Jaksa ICC - Presiden China Xi Jinping Tiba di Rusia
Medan perang berlumpur
Kondisi cuaca telah menyulitkan kedua belah pihak untuk menggeser garis depan yang relatif tidak berubah sejak November 2022.
“Kedua belah pihak sedang menunggu kondisi cuaca membaik,” kata seorang komandan Ukraina yang menyebut namanya Ruslan.
“Setiap serangan besar tidak mungkin atau setidaknya sangat bermasalah. Waktu berpihak pada mereka yang bertahan," imbuhnya.
Seorang letnan di unit infanteri dekat Bakhmut mengatakan hujan adalah "masalah besar".
"Anak-anak kita tinggal di parit, di lumpur dan mereka harus mempertahankan posisinya,” kata prajurit yang meminta untuk tidak disebutkan namanya itu.
Baca juga: PM Jepang Fumio Kishida Bertemu Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy Selasa Ini
“Jika cuaca mengering dan tetap seperti itu selama tiga atau empat minggu pasti akan ada serangan besar-besaran.”
Pertempuran sengit berlanjut pada Selasa (21/3/2023) di Bakhmut.
Kunjungan Xi Jinping ke Rusia
Namun, analis militer Ukraina Oleh Zhdanov mengatakan serangan di sepanjang garis depan lebih sedikit dari biasanya berlangsung selama 24 jam terakhir.
“Ini bisa dikaitkan dengan kunjungan ke Moskow oleh pemimpin China," kata Zhdanov.
"Mengapa? Karena Putin hampir tidak mungkin menunjukkan agresi di garis depan, terutama karena China telah berbicara mendukung gencatan senjata dan mengakhiri perang. Jadi ini kemungkinan akan berlanjut selama kunjungan dua harinya," jelasnya.
Baca juga: PM Jepang Fumio Kishida Kunjungi Ukraina dengan Naik Kereta dari Polandia
Rusia, yang belum mencetak kemenangan militer besar sejak Agustus, telah melancarkan serangan musim dingin besar-besaran yang melibatkan ratusan ribu tentara cadangan dan narapidana yang direkrut dari penjara .
“Mereka telah kehilangan inisiatif hampir sepanjang garis depan,” kata pakar militer Ukraina Oleksandr Kovalenko di Radio NV Ukraina.
PM Jepang kunjungi Ukraina
Saat kekuatan China menghampiri Rusia, Perdana Menteri (PM) Jepang, Fumio Kishida bertemu dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky.
Di Kyiv, Kishida berkeliling kota Bucha, - lokasi pembunuhan warga sipil oleh pasukan Rusia.
Ia juga mengunjungi sebuah gereja di luar kota Kyiv pada Selasa (22/3/2023).
Baca juga: Dampak Perang Rusia-Ukraina ke Tanah Air: Ancam Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Dikutip Guardian, Kishida mengaku marah atas kekejaman (pasukan Rusia).
Di sana, ia juga memberikan penghormatan kepada para korban.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)