Ukraina Kritik Rencana Damai yang Diusung Brasil, Undang Presiden Lula Lihat Sendiri Dampak Invasi
Brasil bersikap lebih kritis ke Rusia setelah dikritik AS dan juga Ukraina. Kyiv undang Presiden Lula da Silva untuk melihat sendiri dampak perang.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva mengutuk "pelanggaran integritas teritorial Ukraina" oleh Rusia dan kembali menyerukan mediasi untuk mengakhiri perang.
Mengutip The Guardian, saat makan siang pada Selasa (18/4/2023) dengan Presiden Rumania Klaus Iohannis, Lula da Silva mengatakan sekelompok negara netral harus bersatu untuk membantu menengahi perdamaian antara Rusia dan Ukraina.
Sikap Lula melunak setelah menghadapi kritik dari AS karena menyebut AS memperpanjang perang dengan memasok senjata ke Ukraina.
Sebelumnya pada hari Selasa, pemerintah Ukraina juga mengkritik Lula atas upayanya untuk menengahi kesepakatan damai antara Kyiv dan Moskow.
Pemerintah Ukraina kemudian mengundang pemimpin Brasil itu untuk mengunjungi negara yang dilanda perang dan melihat sendiri dampak dari invasi Rusia.
Pada Senin, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, mengunjungi Ibu Kota Brasil, Brasília.
Baca juga: Presiden Brasil: AS Pasok Senjata ke Ukraina untuk Dorong Perang dengan Rusia
Ia memuji rencana Lula untuk rencana perdamaian dengan negosiasi.
Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Ukraina mengatakan pada Selasa, Kyiv mengawasi upaya Lula untuk menyelesaikan konflik "dengan kepentingan".
Tetapi pihaknya mengkritik pemerintah Brasil karena memberikan bobot yang sama kepada "korban dan agresor".
Juru bicara tersebut, Oleg Nikolenko, menegaskan bahwa Lula telah diundang untuk mengunjungi Kyiv untuk memahami penyebab sebenarnya dari agresi Rusia dan konsekuensinya terhadap keamanan global.
Lula sejauh ini menolak untuk memasok senjata ke Ukraina.
Baca juga: Daftar Pemimpin Dunia yang Didakwa hingga Dipenjara, Donald Trump, Lula da Silva, Benjamin Netanyahu
Ia lebih menyarankan agar Brasil dapat memimpin "klub perdamaian" negara-negara netral untuk menengahi diskusi antara kedua belah pihak.
Rencana itu adalah bagian dari upayanya untuk mengembalikan Brasil ke relevansi internasional setelah isolasi periode presiden sebelumnya, Jair Bolsonaro.
Pendekatan non-blok sejalan dengan tradisi perdamaian dan kerja sama kebijakan luar negeri Brasil yang telah berlangsung lama.