Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Melihat Penerbangan Garuda Indonesia-Jepang, Perlu Kemauan Untuk Berubah

Penerbangan Indonesia Jepang oleh Garuda Indonesia mendapat sorotan lagi dari praktisi penerbangan khusus Indonesia Jepang, Lutfi Bakhtiyar

Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Melihat Penerbangan Garuda Indonesia-Jepang, Perlu Kemauan Untuk Berubah
Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo
Lutfi Bakhtiyar, pegiat kebangsaan yang telah 16 tahun berdomisili di Jepang. 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Penerbangan Indonesia Jepang oleh Garuda Indonesia mendapatkan sorotan lagi dari pengamat dan praktisi penerbangan khusus Indonesia Jepang, Lutfi Bakhtiyar M.

"Bisa jadi saat ini Garuda hanyalah sebuah sisa-sisa dari sebuah proyek mercusuar ataupun cuma pantas disebut sebagai flexing. Tidak menguntungkan dan hanya membenani tetapi masih perlu dipertahankan demi menyelamatkan harga diri bangsa sebagai satu-satunya national flag carrier yang terus disubsidi baik untuk jalur domestik maupun Internasional," ungkap Lutfi khusus kepada Tribunnews.com kemarin (25/4/2023).

Menurutnya lagi, bahkan untuk beberapa rute Internasional masih dimonopoli oleh Garuda, seperti jalur ke Jepang.

"Jadi meskipun Garuda tidak terbang setiap hari, mereka masih bisa mendapatkan pemasukan "rente" dari codeshare partners seperti ANA ataupun JAL terutama untuk jalur langsung Haneda-Jakarta."

Persis seperti apa yang telah Yoshihara Kunio jabarkan tentang kapitalis erzats alias kapitalis semu yang menyatakan bahwa kemajuan ekonomi negara di Asia Tenggara tidak lain lebih banyak disebabkan karena adanya campur tangan pemerintah.

"Jadi kalau kita naik Garuda dari Soeta ke Haneda tetapi nomor pesawatnya bukan 874 atau dari Haneda ke Soeta selain no 875 maka fix itu adalah Garuda rasa ANA atau JAL. Dan nikmat mana lagi yang kau dustakan?" tanyanya.

Berita Rekomendasi

Masalahnya para petinggi Garuda tidak sadar bahwa sebagian besar keunggulan perusahaannya berasal dari faktor politik, nasionalisme sebagai bangsa Indonesia, lanjutnya lagi.

"Garuda justru terkesan sebagai VOC (Vereenigde Oostindiche Compagnie) atau perusahaan Kompeni Belanda gaya baru yang berdagang dengan memeras."

Orang Indonesia, menurut Lutfi, dipaksa bayar mahal untuk menikmati jalur langsung Jakarta-Jepang, bahkan kadang lebih mahal dibanding kalau naik JAL. Padahal tidak semua orang Indonesia lancar berbahasa Inggris apalagi bahasa Jepang

Lebih parah lagi kalau kita pergi ke luar Tokyo ataupun selain Jakarta. Garuda berhadapan dengan pesawat-pesawat transit yang siap melahap sexy: Harga murah, transit cepat.

"Dan lagi-lagi Garuda menyiapkan rute mercusuar yang tidak lain dari bunuh diri!" tekannya.

Jalur Manado-Narita tidak lebih dari mengkorup jalur Denpasar-Narita, lanjutnya.

"Seperti halnya seorang customer yang telah membeli tiket Tokyo-Denpasar PP, tetapi ternyata kepulangan Denpasar-Narita yang sedianya GA 880 berangkat jam 00:20 WIT sampai Narita pukul 08:50, harus menerima kenyataan berangkat jam 22:35 karena harus mampir ke Manado dan hanya ganti no pesawat menjadi GA 884. Jadi sebenarnya tidak ada penerbangan asal Manado."

Sementara jalur ini sudah dikuasai Singapore Airlines (SQ) dan Scoot.

"Jadi sebenarnya pembukaan jalur Manado-Narita PP malah merusak kenyamanan customer Denpasar-Narita PP. Terpaksalah kita meminta maaf kepada customer atas ketidaknyamanan ini."

Garuda memang sudah compang-camping, meski pemerintah mati-matian pasang badan dengan memonopoli rute penerbangan, lanjutnya.

"Untuk ke Padang kita bisa menggunakan Batic Air (OD) perusahaan Malaysia yang berpartner dengan Lion Air. Ke Jogja bisa dengan SQ. Kalau jalur-jalur favourite seperti Jakarta, Denpasar dan Surabaya jangan ditanya lagi berapa banyak pesawat Internasional yang singgah di sana."

Untuk penerbangan ke Jepang dengan Jalur selain Tokyo lebih parah lagi-lagi hanya mengandalkan codeshare, karena Garuda terpaksa mundur dari  "jalur gemuk" Fukuoka, Nagoya dan Osaka.

"Rasanya berat sekali menulis tentang Garuda. Semenjak tidak lagi berprofesi sebagai dosen dan peneliti di kampus, maka Garuda sebenarnya menjadi topik utama yang sexy untuk diteliti sekaligus diperbaiki. Apalagi didukung dengan profesi yang telah puluhan tahun berkarier sebagai salah satu manager di Perusahaan Travel Agent Jepang, memiliki kerjasama dengan banyak perusahaan airline tahu strategi, hampir tiap hari menerima e-mail  soal promosi dan sebagainya."

Pengennya sih Garuda bisa berjaya, harapnya lagi.

"Tetapi nampaknya, jangankan mengukur tentang kemampuan lha wong kemauan untuk berubahpun pun tidak ada. Boss-boss Garuda baik yang di Jepang ataupun Jakarta menganggap sepi bahkan mungkin sangat alergi dengan kiriman WA saya tentang bagaimana memperbaiki kinerja Garuda."

Karena Garuda kan perusahaan besar, tekannya lagi.

Sementara itu bagi para pecinta Jepang dapat bergabung gratis ke dalam whatsapp group Pecinta Jepang dengan mengirimkan email ke: info@sekolah.biz  Subject: WAG Pecinta Jepang. Tuliskan Nama dan alamat serta nomor whatsappnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas