Konflik Terus Berlanjut, Kelaparan Mengintai Rakyat Sudan
Penduduk dari beberapa lingkungan di negara bagian Khartoum mengatakan stok makanan telah habis di toko-toko
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, KHARTOUM - Koordinator Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Sudan, Andou Dieng mengatakan bahwa penjarahan serta pertempuran terus berlanjut di seluruh negeri meskipun ada upaya gencatan senjata.
Berbicara kepada wartawan melalui telepon, Dieng menyampaikan bahwa dirinya 'sangat khawatir' tentang ketersediaan makanan, khususnya di Darfur.
Ia pun meminta agar koridor kemanusiaan segera dibuka. Kalau bantuan-bantuan tidak dibuka, warga Sudan terancam kelaparan.
Baca juga: Bentrokan Berlanjut di Darfur Barat, Krisis Makanan dan Air di Sudan pun Kian Memburuk
Dikutip dari laman CNN, Minggu (30/4/2023), di Khartoum, ibu kota Sudan, saksi mata dan jurnalis CNN di utara kota mengatakan bahwa tentara paramiliter RSF menempati setidaknya satu stasiun air, menyebabkan kekurangan pasokan air yang vital bagi warga.
"Sejak 16 April lalu, fasilitas air pada dasarnya tidak berfungsi dan orang-orang 'telah minum air pahit dari sumur di lokasi konstruksi yang belum selesai'. Para insinyur air belum dapat mengakses instalasi air untuk memperbaikinya. Mereka menjadi sasaran penembak jitu RSF," kata saksi mata itu.
Pada awal pekan ini, penduduk dari beberapa lingkungan di negara bagian Khartoum mengatakan stok makanan telah habis di toko-toko, air minum pun langka, dan pabrik makanan di negara bagian tersebut telah dijarah.
Perlu diketahui, daerah tersebut telah mengalami pertempuran sengit dan mereka yang memberikan kesaksian menuturkan bahwa mereka tidak dapat meninggalkan rumah dan dievakuasi ke luar ibu kota.
"Bentrokan kekerasan antara SAF (Angkatan Bersenjata Sudan) dan RSF berlanjut dengan senjata berat, dan partisipasi pesawat tempur di kamp RSF di daerah Kafouri," jelas seorang saksi mata pada Kamis lalu.
Saat konflik memasuki minggu kedua, pemerintah asing terus berjuang untuk mengevakuasi warganya, sementara banyak orang Sudan tetap terjebak tanpa adanya pasokan listrik, makanan atau air.
Bahkan mereka secara putus asa mencari cara untuk melarikan diri.
Baca juga: Krisis Sudan: Gencatan Senjata Diperpanjang, Namun Pertempuran Terus Berlanjut
"Sedikitnya 460 orang tewas dan ribuan lainnya luka-luka dalam pertempuran itu," kata Kementerian Kesehatan Sudan.
"Lebih dari 2.700 orang dari sekitar 76 negara telah tiba di Arab Saudi dalam beberapa hari terakhir setelah dievakuasi dari Sudan," kata Duta Besar Arab Saudi untuk Inggris pada Kamis lalu.
Sementara itu, Gedung Putih mendesak orang Amerika Serikat (AS) di Sudan yang ingin meninggalkan negara itu untuk melakukannya dalam 24 hingga 48 jam ke depan.
Namun mengatakan pemerintah AS hanya akan membantu warganya dari jauh, tidak seperti negara lain yang menggunakan sumber daya militer mereka sendiri untuk mengevakuasi warganya.