Amerika Serikat Akhirnya Evakuasi Ratusan Warganya dari Sudan, Dikawal Drone Bersenjata
Para warga AS itu telah menyelesaikan perjalanan darat berbahaya di bawah pengawalan drone bersenjata AS.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Dewi Agustina
Namun itu berubah saat para pejabat AS mengeksploitasi jeda relatif dalam pertempuran dan, dari jauh, mengorganisir konvoi mereka sendiri untuk warga Amerika.
Tanpa penerbangan evakuasi di dekat ibu kota yang telah ditawarkan negara lain kepada warganya, banyak warga AS yang harus melakukan perjalanan darat berbahaya dari Khartoum ke pelabuhan utama Laut Merah negara itu, Port Sudan.
Satu keluarga berkewarganegaraan Sudan-Amerika yang melakukan perjalanan, sebelumnya menggambarkan pengalamannya melewati banyak pos pemeriksaan yang diawaki oleh orang-orang bersenjata.
Mereka melihat mayat-mayat yang tergeletak di jalan dan kendaraan keluarga lainnya yang melarikan diri namun telah terbunuh di sepanjang jalan.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller mengatakan konvoi itu membawa warga AS, penduduk setempat yang dipekerjakan oleh AS, dan warga negara sekutu.
"Kami menegaskan kembali peringatan kami kepada warga Amerika untuk tidak melakukan perjalanan ke Sudan," kata Miller.
Dari Port Sudan, jauh dari pertempuran, warga Amerika dalam konvoi dapat mencari tempat di kapal yang melintasi Laut Merah ke kota pelabuhan Jeddah di Arab Saudi.
Pejabat AS juga bekerja sama dengan Arab Saudi untuk melihat apakah salah satu kapal Angkatan Laut kerajaan negara itu dapat membawa lebih banyak warga Amerika ke Jeddah.
"Pejabat konsuler AS akan menunggu warga Amerika begitu mereka mencapai dermaga di Jeddah, namun tidak ada personel AS di Port Sudan," kata para pejabat AS.
Sebelumnya, dua warga Amerika dipastikan tewas dalam pertempuran yang meletus pada 15 April lalu.
Salah satunya adalah seorang warga sipil AS yang menurut para pejabat AS terjebak dalam aksi baku tembak.
Yang lainnya adalah seorang dokter di Iowa City, Iowa yang ditikam sampai mati di depan rumah dan keluarganya di Khartoum, dalam aksi kekerasan tanpa hukum yang menyertai pertempuran tersebut.
Secara keseluruhan, pertempuran di negara Afrika timur itu telah menewaskan lebih dari 500 orang.