Menlu Rusia Sebut Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy Hanya Boneka Barat
Pernyataan ini disampaikannya saat berbicara kepada wartawan setelah pertemuan para Menteri Luar Negeri Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO) di India.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, NEW DELHI - Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov pada Jumat lalu mengatakan bahwa negara Barat dan Rusia pada akhirnya akan duduk bersama untuk membahas perbedaan.
Dialog ini, kata dia, harus diadakan bukan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, namun dengan mereka yang menggunakannya sebagai 'antek'.
"Rusia 'tidak pernah menolak untuk menyelesaikan masalah yang timbul dari tindakan AS (Amerika Serikat) dan satelit mereka untuk memompa Ukraina dengan senjata' sehingga bisa melawan Rusia," kata Lavrov.
Pernyataan ini disampaikannya saat berbicara kepada wartawan setelah pertemuan para Menteri Luar Negeri Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO) di Goa, India.
Dikutip dari laman Russia Today, Senin (8/5/2023), ia mencatat bahwa saat ini banyak negara di dunia semakin sadar bahwa ketegangan ini tidak dapat diredakan hanya dengan membekukan konflik Ukraina.
"Semua orang memahami bahwa peristiwa yang sedang berlangsung bersifat geopolitik. Tanpa menyelesaikan masalah geopolitik utama, bahwa Barat bercita-cita untuk mempertahankan hegemoninya dan memaksakan kehendaknya sendiri pada yang lain, tidak mungkin untuk menyelesaikan krisis di Ukraina dan di tempat lain di dunia," tegas Lavrov.
Ia pun merujuk pada rencana 12 poin China untuk penyelesaian politik di Ukraina yang dirilis pada akhir Februari lalu.
Baca juga: Puluhan Drone Ukraina Serang Rusia di Krimea, Susul Peluncuran Rudal Balistik
Lavrov mengatakan bahwa meskipun rencana tersebut berusaha untuk menyelesaikan konflik itu sendiri, rencana itu juga berfokus pada masalah yang jauh lebih global dan komprehensif.
"Semua ini harus didiskusikan, tentu saja bukan dengan Zelenskyy yang merupakan boneka di tangan Barat, namun langsung dengan 'tuannya'," jelas Lavrov, mencatat bahwa pembicaraan seperti itu akan berlangsung 'cepat atau lambat'.
Pada awal April lalu, di tengah spekulasi tentang serangan balasan musim semi Ukraina yang akan segera terjadi, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengesampingkan setiap negosiasi perdamaian antara Ukraina dan Rusia.
Ia menunjukkan bahwa pembicaraan semacam itu hanya akan membantu Rusia untuk 'mengesahkan' perolehan teritorialnya.
Perlu diketahui, Rusia telah berulang kali mengaku terbuka untuk melakukan pembicaraan dengan Ukraina, jika pertemuan yang terakhir mengakui 'kenyataan di lapangan', termasuk status baru dari empat bekas wilayah Ukraina yang sebagian besar memilih untuk bergabung dengan Rusia pada musim gugur lalu.
Namun, dalam waktu yang sama dengan referendum, Zelenskyy menandatangani dekrit yang melarang negosiasi dengan kepemimpinan Rusia saat ini.