Soal Misi Perdamaian Pemimpin Afrika untuk Rusia-Ukraina, Analis: Mereka Tidak Bawa Pengaruh Apa-apa
Para pemimpin dari Afrika datang membawa misi perdamaian untuk Rusia dan Ukraina. Namun para analis skeptis dengahn upaya mereka.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Wahyu Gilang Putranto
Beberapa dari pemimpin negara-negara di Afrika tidak datang.
Tiga pemimpin, yakni Presiden Uganda Yoweri Museveni, Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi dan Presiden Kongo Brazzaville Denis Sassou Nguesso, menarik diri dari perjalanan itu.
Baca juga: Update Perang Rusia-Ukraina Hari ke-479: Fokus Pertempuran Beralih ke Mariupol
Mereka mengirim mantan perdana menteri, perdana menteri saat ini, dan kepala kantor sebagai penggantinya.
Museveni mengatakan tidak bisa hadir karena tertular Covid-19.
Sumber diplomatik menyesalkan bahwa ketidakhadiran al-Sisi, seorang yang berpengaruh di kancah Afrika, kemungkinan akan melemahkan ruang lingkup inisiatif tersebut.
Hanya tiga dari anggota misi asli – Ramaphosa, Macky Sall dari Senegal dan Hakainde Hichilema dari Zambia, ditambah Presiden Komoro Azali Assoumani, yang saat ini memimpin Uni Afrika, yang berkunjung ke Ukraina.
Apa kata Ukraina tentang delegasi tersebut?
Ukraina bersikap skeptis tetapi membiarkan pintu terbuka untuk setidaknya memberikan kesempatan.
"Kami ingin terlibat dengan mereka... untuk melihat apakah ada ruang untuk menghasilkan upaya bersama yang akan membawa perdamaian di Ukraina lebih dekat," kata juru bicara kementerian luar negeri Ukraina Oleg Nikolenko dalam sebuah pernyataan.
Namun dia menambahkan bahwa konsesi teritorial oleh Ukraina tidak ada di atas meja.
Tokoh lain di pemerintah Ukraina jauh lebih kritis lagi.
Dalam sebuah artikel untuk Kyiv Post, anggota parlemen Ukraina dan Ketua Komite Hubungan Luar Negeri, Oleksandr Merezhko, mengatakan ada pertanyaan serius seputar kredibilitas terkait apa yang disebut ‘netralitas’ negara-negara anggota.
Dia menambahkan, “Selain itu, sangat sulit bagi orang Ukraina untuk menerima karakter netral dari beberapa anggota delegasi Afrika, termasuk Afrika Selatan dan Uganda.
"Presiden Uganda Yoweri Museveni bahkan pernah mengatakan bahwa dia tidak melihat alasan untuk mengkritik Rusia setelah invasi. Putranya, Muhoozi Kainerugaba yang merupakan komandan tentara, juga menyambut baik invasi Rusia."