Korea Utara Tembakkan Dua Rudal Beberapa Jam Setelah Kapal Selam AS Tiba di Korsel
Rudal balistik Korut diluncurkan hanya beberapa jam setelah kapal selam rudal balistik Amerika tiba di pelabuhan Korea Selatan.
Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Korea Utara (Korut) meluncurkan dua rudal balistik ke arah timur pada Rabu (19/7/2023).
Demikian pernyataan militer Jepang dan Korea Selatan.
Rudal balistik Korut diluncurkan hanya beberapa jam setelah kapal selam rudal balistik Amerika tiba di pelabuhan Korea Selatan untuk pertama kalinya dalam empat dekade.
"Kedua rudal itu tampaknya jatuh di luar zona ekonomi eksklusif Jepang," kata Kementerian Pertahanan Jepang, menukil CNA.
Baca juga: Serangan Drone dan Rudal Balistik Rusia Hantam Sejumlah Wilayah Ukraina
Kepala Staf Gabungan (South Korea's Joint Chiefs of Staff/JCS) Korea Selatan meminta Korea Utara untuk menghentikan peluncuran semacam itu.
"Kami mengutuk keras peluncuran rudal balistik berturut-turut Korea Utara sebagai tindakan provokatif serius yang merusak perdamaian dan stabilitas semenanjung Korea serta masyarakat internasional," kata JCS dalam sebuah pernyataan.
JCS menambahkan bahwa peluncuran tersebut jelas melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB.
Militer Amerika Serikat mengatakan bahwa pihaknya mengetahui peluncuran rudal tersebut dan sedang berkonsultasi secara dekat dengan sekutu dan mitranya.
Peluncuran tersebut tampaknya tidak menimbulkan ancaman langsung bagi Amerika Serikat atau sekutunya.
Tetapi peristiwa tersebut menyoroti dampak destabilisasi dari program senjata ilegal Korea Utara, kata Komando Indo-Pasifik AS dalam sebuah pernyataan.
Baca juga: Kepala Sekretaris Kabinet Jadi Deputi PM Jepang Sementara Untuk Mengantisipasi Rudal Korut
Rudal pertama mencapai ketinggian 50 km dan menempuh jarak 550 km, sedangkan yang kedua naik setinggi 50 km dan terbang sejauh 600 km, kata Menteri Pertahanan Jepang Yasukazu Hamada kepada wartawan.
"Jepang mengajukan protes terhadap peluncuran rudal melalui saluran diplomatik," katanya.
Penembakan itu terjadi hampir seminggu setelah Korea Utara menguji coba rudal balistik antarbenua Hwasong-18 terbarunya, sebuah peluncuran yang dikatakan Pyongyang sebagai peringatan bagi Amerika Serikat dan musuh lainnya.
Pada hari yang sama, seorang tentara AS yang menghadapi tindakan disipliner melarikan diri melintasi perbatasan antar-Korea ke Korea Utara.
Prajurit itu diyakini berada dalam tahanan Korea Utara, kata Washington, menciptakan krisis baru antara kedua musuh tersebut.
"Penembakan rudal balistik terbaru Korea Utara mungkin tidak terkait dengan seorang tentara Amerika yang melintasi perbatasan antar-Korea, tetapi insiden semacam itu juga tidak membantu," kata Leif-Eric Easley, seorang profesor di Universitas Ewha di Seoul.
"Korea Utara "tidak diragukan lagi menentang" kelompok perencanaan perang nuklir AS-Korsel baru yang bertemu untuk pertama kalinya pada hari Selasa, serta kunjungan kapal selam rudal balistik nuklir AS," katanya.