Cuaca Ekstrem di Korsel, KBRI Seoul: Kondisi Kontingen Indonesia yang Ikut Jambore Pramuka Baik
Begini kondisi Kontingen Indonesia yang mengikuti Jambore Pramuka di Korsel di tengah cuaca ekstrem. KBRI Seoul sebut para peserta dalam kondisi baik.
Penulis: Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor: Arif Fajar Nasucha
"Kami berharap, Bapak Presiden, Bapak Menteri Pemuda dan Olahraga, Ketua Kwarnas, Dubes Indonesia untuk Korea Selatan, ambil tindakan segera dan sungguh-sungguh untuk membantu anak-anak kita di sana. Jika kegiatan sudah banyak yang dibatalkan karena cuaca ekstrem, untuk apa bertahan sampai 7 hari lagi?" katanya dalam keterangan tertulis, Minggu (6/8/2023)
Herzaky mengungkapkan ada 1.569 peserta yang mengikuti Jambore Dunia tersebut dan sebagian besar berusia 14-18 tahun.
Herzaky menyebut situasi di kawasan venue sudah sangat memprihatinkan di mana disebut kurangnya fasilitas untuk berteduh bagi peserta.
"Kondisi cuaca yang sangat panas, heatwave, dan kurangnya fasilitas untuk berteduh menyebabkan sebagian besar anak-anak terpapar panas dan radiasi UV yang tidak aman bagi mereka," ujarnya.
"Anak-anak remaja kita mesti tinggal di dalam tenda yang sangat tipis dengan menggunakan palet plastik untuk tidur karena lahan tempat berkemah aslinya merupakan sawah dan becek. Malam hari saja sangat panas, dengan suhu setara siang hari di Indonesia, sedangkan siang hari suhu berkisar 34-38 derajat celcius," ujarnya
Selain fasilitas tenda yang memprihatinkan, Herzaky juga mengungkapkan buruknya fasilitas sanitasi bagi peserta.
Dia mengungkapkan peserta harus berjalan jauh untuk dapat mandi hingga mencuci pakaiannya.
"Kita tidak membahas fasilitas air dingin atau air panas, ataupun toilet yang bersih. Hanya jumlah tidak banyak, dan banyak yang kondisi kebersihannya menyedihkan," ujar Herzaky.
Selain fasilitas, Herzaky juga mengatakan asupan makanan bagi peserta juga tidak baik lantaran nutrisi dinomorduakan.
"Anak-anak memang bisa jajan membeli makanan, namun untuk mencapai lokasi makanpun harus menempuh jarak lebih dari tiga kilometer, dan antriannya bisa satu jam di kasir.
Tak hanya itu, Herzaky juga mengungkapkan keterbatasan fasilitas shuttle bus sehingga mengakibatkan antrean tunggu yang lama.
Sementara, Herzaky menyebut penyelenggara jambore sudah menghentikan sebagain besar kegiatan sehingga kontingen Indonesia hanya terlantar di venue tanpa adanya kegiatan.
"Anak-anak kami seperti terlantar di sana tanpa kegiatan apapun layaknya di kamp pengungsian. Mereka ke sana kemari tanpa tentu arah karena tinggal di tendapun seperti terpanggang dalam oven," katanya.
Baca juga: Ratusan Pramuka Sakit Akibat Gelombang Panas di Jambore Pramuka Sedunia di Korea Selatan
Herzaky yang anaknya juga menjadi salah satu peserta Jambore Dunia mengungkapkan kondisi para peserta sudah memprihatinkan.