Letnan Tentara Rusia Curhat Unit Tempur Cuma Tukang Gergaji, Moral Pasukan Ambruk dan Minta Pulang
Pasukan yang "babak belur" itu mengeluh dalam video dan curhat dikirim untuk berperang meskipun tidak dilatih dengan baik
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Letnan Tentara Rusia Curhat Unit Tempur Cuma Tukang Gergaji, Moral Pasukan Ambruk dan Minta Pulang
TRIBUNNEWS.COM - Sekelompok kecil tentara Rusia di Ukraina baru-baru ini merilis sebuah video seruan di mana mereka menggambarkan moral mereka sangat rendah, "di bawah level lantai".
Para prajurit itu merekam pesan tersebut saat ditempatkan di wilayah Kherson.
Seruan mereka ditujukan langsung ke Komite Ibu Tentara Rusia, sebuah LSM yang dibentuk pada tahun 1989 dengan misi yang dinyatakan untuk mengungkap pelanggaran hak asasi manusia dalam militer Rusia .
Baca juga: Ledakan Hebat Disusul Kobaran Api Terjadi di Wilayah Rumah Dinas Presiden Vladimir Putin
Pada hari Jumat, WarTranslated, sebuah proyek media independen yang menerjemahkan materi tentang perang ke dalam bahasa Inggris, membagikan video tersebut dan diulas Newsweek.
"Pasukan yang "babak belur" itu mengeluh dalam video dan curhat dikirim untuk berperang meskipun tidak dilatih dengan baik," kata WarTranslated.
Laporan seputar penderitaan tentara Rusia belakangan sering muncul sejak Presiden Rusia Vladimir Putin meluncurkan invasi ke Ukraina pada Februari 2022.
Laporan semacam itu disebutkan cenderung meningkat dalam beberapa bulan terakhir.
Adapun WarTranslated sebelumnya juga telah mengunggah video tentang tentara Rusia yang menolak untuk mengikuti perintah untuk kembali ke garis depan.
Video terbaru seputar penderitaan tentara Rusia yang 'kena mental' pada Jumat (11/8/8/2023) itu dibuka dengan seorang pembicara yang mengidentifikasi dirinya sebagai komandan unit.
Dia menyebutkan namanya sebagai Letnan Konstantin Podobaev.
Dia mengatakan unitnya dimobilisasi dari berbagai kota di wilayah Moskow dan dikirim ke kota yang diduduki Rusia di Ukraina "tanpa melalui pelatihan militer apa pun."
Podobaev mengatakan unit pasukannya kebanyakan terdiri dari pekerja sipil yang selama 10 bulan berfokus pada pelatihan non-militer
Mereka hanya menggali, menggergaji, membangun, mengangkut, dan pekerjaan lain alih-alih menyiapkan diri bertempur.