Ayah di Singapura Bunuh Anak Kembar yang Autis, Berdalih Ingin Ringankan Beban Istri
Seorang ayah di Bukit Timah, Singapura tega membunuh anak kembarnya yang autis. Aksi keji itu dilakukan karena ingin meringankan beban sang istri.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Nanda Lusiana Saputri
Di awal tahun 2022, dia mulai menyimpan pemikiran serius untuk membunuh putra-putranya dan dirinya sendiri.
Dia menyadari bahwa istrinya semakin frustrasi dan tertekan karena kondisi anak laki-laki tersebut.
Yap merasa istrinya telah menyerah pada mereka, dan dia percaya bahwa membunuh mereka akan menghilangkan bebannya.
Mempertimbangkan semua itu, Jaksa mengatakan bahwa sikap keras harus diambil terhadap pelaku yang menggunakan kekerasan pada korban muda tak berdaya.
“Sementara kondisi mental terdakwa pada saat pelanggaran harus menjadi faktor dalam mengkalibrasi hukuman, penyakitnya bukanlah alasan untuk tindakannya," jelas Jaksa.
“Terutama mengingat terdakwa menyebabkan kematian dua korban muda,” kata jaksa penuntut.
Dengan demikian, Jaksa menuntut hukuman 14 sampai 20 tahun penjara untuk ayah si kembar.
Sementara, pembela mencari hukuman penjara tidak lebih dari lima tahun untuk setiap dakwaan, dan agar hukuman berjalan bersamaan.
Di pengadilan, pengacara Yap membacakan surat yang ditulisnya.
Di dalamnya, dia berkata bahwa dia percaya bahwa dia dapat mengakhiri penderitaan putranya dengan bunuh diri dan membawa mereka "bersama (dia)".
Baca juga: Garuda Indonesia Tebar Diskon Sambut HUT RI, Tiket Jakarta - Singapura Dibanderol Rp 3,5 Juta
Yap mengatakan kondisinya semakin diperparah ketika mengetahui istrinya selingkuh.
Dengan dia dan si kembar pergi, dia yakin istrinya dapat melanjutkan hidup dengan 'cinta barunya'.
“Sebagai seorang ibu, dia bahkan membuang barang milik kedua putranya. Dia telah melewati batas yang tidak bisa saya toleransi lagi,” tambahnya dalam surat itu.
Pasangan ini sekarang sedang menjalani proses perceraian.
Gangguan Depresi Berat
Dalam menjatuhkan hukuman Yap, Hakim Vincent Hoong mencatat bahwa ayah si kembar mengalami gangguan depresi berat ketika dia membunuh putranya.
Dia menambahkan bahwa anak laki-laki sangat rentan karena mereka bukan hanya anak kecil, tetapi juga memiliki gangguan spektrum autisme.
Hakim mengatakan itu adalah kasus yang tragis.
"Yap telah mengkhianati kepercayaan mendalam yang dimiliki seorang anak kepada orang tuanya. Alih-alih merawat mereka seperti yang dilakukan orang tua, dia malah membunuh mereka," ucap Hakim.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)