AS Bermanuver di Teluk Persia, Iran Luncurkan Drone Canggih Terbaru: Jangkauan 2 Ribu Kilometer
Kendaraan udara tak berawak terbaru Iran memiliki radius operasional 2.000 km (sekitar 1.250 mil). Punya kemampuan mirip MQ-9 Reaper milik Amerika
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
AS Bermanuver di Teluk Persia, Iran Luncurkan Drone Canggih Terbaru: Jangkauan Capai 2 Ribu Kilometer
TRIBUNNEWS.COM - Industri Pertahanan Iran dilaporkan meluncurkan drone terbaru produksi dalam negeri mereka yang dinamai Mojaher-10.
Kendaraan udara tak berawak (UAV) dipresentasikan pada sebuah upacara di Teheran yang dihadiri oleh Presiden Iran Ebrahim Raisi, Selasa (22/8/2023).
Menurut media Iran, Mohajer-10 dapat bertahan di udara selama 24 jam dan terbang pada ketinggian tujuh kilometer, atau sekitar empat mil dari tanah.
UAV ini memiliki berat operasional 300 kilogram (lebih dari 660 pon) – tiga kali lebih besar dari Mohajer-6, drone edisi sebelumnya yang juga produksi Iran dengan desain serupa.
Baca juga: Taktik Ukraina Bikin Vladimir Putin Kaget: Tentara Diumpankan ke Ranjau Buat Dibombardir Artileri
Menurut laporan, drone baru ini memiliki radius operasional 2.000 kilometer.
Sebuah video yang dirilis oleh media pemerintah Iran menunjukkan UAV memiliki kemiripan dengan drone MQ-9 Reaper milik Amerika Serikat (AS).
Rekaman menunjukkan pesawat berhasil lepas landas dan mendarat di landasan pacu.
Kendaraan ini juga menunjukkan beberapa jenis rudal dan peralatan yang dapat dibawa. Menurut video tersebut, hingga tiga rudal dapat ditempatkan di bawah masing-masing sayapnya.
Drone tersebut dilengkapi dengan peperangan elektronik dan sistem intelijen dan dapat terbang dengan kecepatan 210 kilometer per jam (130mph), kata media Iran.
Kementerian Pertahanan Iran mengatakan pihaknya sedang mengejar pengembangan UAV strategis generasi kelima di bawah program “drone leap”.
Proyek ini dilaporkan juga melibatkan pengembangan perangkat lunak dan kecerdasan buatan yang relevan untuk drone.
Manuver AS di Teluk Persia
Pengumuman tersebut muncul di tengah meningkatnya ketegangan antara Teheran dan Washington, khususnya di Selat Hormuz.
Pada awal Agustus, Iran melengkapi patroli angkatan lautnya di wilayah tersebut dengan drone dan rudal jarak jauh.
Langkah ini dilakukan di tengah laporan bahwa militer AS mempertimbangkan untuk menempatkan pasukan bersenjata di kapal komersial yang melewati selat tersebut.
Bulan lalu, Pentagon mengumumkan pengerahan jet tempur tambahan dan aset angkatan laut ke Teluk Persia sebagai tanggapan atas apa yang mereka sebut sebagai “peristiwa mengkhawatirkan” di wilayah tersebut, termasuk penyitaan kapal komersial oleh militer Iran.
Pada hari Selasa, Menteri Pertahanan Iran Brigadir Jenderal Mohammad Reza Ashtiani mengatakan bahwa para insinyur negara itu juga berhasil mengurangi kesalahan dampak rudal balistik Iran menjadi kurang dari 35 meter dan meningkatkan jangkauannya hingga 2.000 kilometer.
Ketegangan AS-Iran meningkat sejak Washington menarik diri dari perjanjian nuklir Iran pada tahun 2018.
Upaya untuk menghidupkan kembali perjanjian tersebut, yang secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), telah gagal, meskipun ada pergantian kepemimpinan AS ketika Joe Biden menggantikan Donald Trump sebagai presiden pada Januari 2021.