Ngeri, Rusia Kini Mampu Luncurkan Rudal Hipersonik Kinzhal ke Ukraina Cuma Pakai Jet Sukhoi Su-34
Pasukan Rusia telah berhasil menembakkan rudal hipersonik Kinzhal ke sasaran di Ukraina dari pesawat serang Sukhoi Su-34
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Kementerian Pertahanan terakhir kali mengkonfirmasi bahwa rudal Kinzhal diluncurkan pada bulan Mei.
Saat itu, rudal tersebut digunakan untuk menghancurkan stasiun radar dan peluncur sistem anti-pesawat Patriot buatan AS di Kiev.
Pejabat Ukraina saat itu membantah laporan tersebut.
Kiev mengklaim bahwa senjata Amerika mampu mencegat rudal hipersonik Rusia dan telah melakukannya berkali-kali.
Pihak Ukraina melaporkan bahwa mereka mendeteksi Kinzhal yang masuk selama penggerebekan di Kiev pada pertengahan Agustus.
Para pejabat militer di Moskow mengatakan jumlah pencegatan yang diklaim oleh Ukraina lebih besar daripada jumlah rudal yang sebenarnya ditembakkan oleh pihak Rusia selama konflik.
Pada bulan Juni, Menteri Pertahanan Ukraina saat itu Aleksey Reznikov mengeluh dalam sebuah wawancara bahwa seorang pejabat Tiongkok yang berkunjung tidak akan menganggap serius laporan Ukraina tentang penghentian rudal hipersonik.
Profil Rudal Kinzhal: Punya 10 Kali Kecepatan Suara
Kinzhal, yang berarti 'belati' dalam bahasa Inggris, digunakan militer Rusia untuk pertama kalinya sejak dimulainya konflik Ukraina pada 24 Februari 2022.
Peluru kendali itu disebutkan mampu menembus pertahanan udara musuh dala kecepatan hipersonik, maksimal 10 Mach atau 10 kali kecepatan suara.
Rudal Kinzhal dibawa pesawat pencegat supersonik MiG-31K, yang disebut NATO sebagai 'Foxhound'. Kinzhal melengkapi kekuatan rudal hipersonik Rusia lain, yaitu Avangard dan Tshirkon.
Avangard berbentuk glider, yang dipasang pada ICBM berbasis silo. Sementara rudal Zircon (Tsirkon), dikembangkan untuk angkatan laut Rusia.
Moskow mengirim pasukannya ke Ukraina bulan lalu menyusul kebuntuan tujuh tahun atas kegagalan Kiev untuk menerapkan ketentuan perjanjian Minsk.
Rusia mengakui kehadiran negara Republik Donbass, yaitu Donetsk dan Lugansk yang memisahkan diri dari Ukraina.
Protokol yang ditengahi Jerman dan Prancis telah dirancang untuk mengatur status wilayah-wilayah tersebut di dalam negara Ukraina.