Israel Kembali Buka Kedutaan Besar di Negara Arab: Bahrain Ikuti Jejak UEA, Arab Saudi Belum Sudi
Israel sebelumnya menjalani waktu tiga tahun normalisasi hubungan dengan kerajaan kecil di jazirah Arab tersebut.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Sebelum upacara pembukaan kedutaan, ia bertemu pada Senin pagi dengan Putra Mahkota Bahrain, Salman bin Hamad Al Khalifa.
“Saya berterima kasih kepadanya atas kepemimpinannya dalam memimpin Perjanjian Abraham, yang mengubah wajah Timur Tengah dan berkontribusi pada stabilitas dan kemakmuran masyarakat di kawasan itu,” kata menteri luar negeri Israel tersebut.
Namun, Washington disebut belum mampu membujuk tetangga Bahrain yang lebih besar, Arab Saudi, untuk menormalisasi hubungan dengan Israel.
Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan bulan lalu mengakui bahwa kesepakatan dengan Riyadh masih jauh dari kata 'tercapai'.
Arab Saudi telah berulang kali mengutuk meningkatnya bentrokan antara Israel dan Palestina.
Kerajaan tersebut dilaporkan menuntut jaminan keamanan AS dan membantu mengembangkan industri tenaga nuklirnya sebagai imbalan untuk mau bergabung dengan Abraham Accords.
Perjanjian Abraham adalah serangkaian perjanjian normalisasi bersama yang awalnya antara Israel , Uni Emirat Arab , dan Bahrain, berlaku sejak 15 September 2020.
Dimediasi oleh Amerika Serikat , pengumuman awal pada 13 Agustus 2020, hanya menyangkut Israel dan Uni Emirat Arab sebelum pengumuman perjanjian tindak lanjut antara Israel dan Bahrain pada 11 September 2020.
Pada tanggal 15 September 2020, upacara penandatanganan resmi Abraham Accords diselenggarakan oleh Amerika Serikat di Gedung Putih .
Sebagai bagian dari perjanjian ganda tersebut, Uni Emirat Arab dan Bahrain mengakui kedaulatan Israel , sehingga memungkinkan terjalinnya hubungan diplomatik penuh.
(oln/*/RT/Wiki/*)