Bangun Militer Raksasa di Eropa, Presiden Polandia: Ukraina Mustahil Gabung NATO Saat Ini
Presiden Polandia menjelaskan, karena Pasal 5 perjanjian NATO, blok itu akan terlibat konflik di Ukraina dan perang melawan Rusia jika Kiev diterima
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Bangun Militer Raksasa di Eropa, Presiden Polandia: Ukraina Mustahil Gabung NATO Saat Ini
TRIBUNNEWS.COM - Pintu NATO terbuka bagi Ukraina, namun Kiev tidak dapat bergabung dengan blok militer pimpinan Amerika Serikat tersebut selama konflik dengan Rusia terus berlanjut.
Hal itu dilontarkan Presiden Polandia, Andrzej Duda pada Forum Krynica di Polandia selatan, Rabu (13/9/2023).
Pada kesempatan itu, Duda mengenang pertemuannya dengan Presiden Ukraina, Vladimir Zelensky untuk membahas masa depan Kiev di NATO pada bulan-bulan sebelum pertemuan puncak NATO yang diadakan di Vilnius pada Juli 2023 silam.
Baca juga: Polandia Serius Bikin Rusia Mikir Dua Kali: Tak Cuma Borong 500 HIMARS, Bikin Pabriknya Sekalian
“Sejak awal, kami tentu sadar bahwa ini adalah persoalan yang sangat sulit. Secara khusus, hal ini sulit karena sedang terjadi perang dan kita semua sadar bahwa pengakuan langsung Ukraina sebagai anggota penuh NATO tidak mungkin dilakukan pada saat ini,” katanya, seperti dikutip oleh kantor berita PAP, Kamis (14/9/2023).
Pemimpin Polandia tersebut menjelaskan, karena Pasal 5 perjanjian NATO, blok tersebut akan terlibat dalam konflik di Ukraina dan berperang melawan Rusia jika Kiev diterima NATO sekarang.
Pasal 5 butir perjanjian NATO itu menetapkan, serangan terhadap satu negara anggota akan memicu respons dari seluruh aliansi.
“Jelas bahwa negara-negara NATO tidak akan menyetujui 'skenario' seperti itu saat KTT NATO (Juli silam) di ibu kota Lituania," tambahnya.
Menurut Duda, tujuan pertemuan puncak di Vilnius hanya “untuk membuka pintu NATO bagi Ukraina.
"…. sehingga Rusia tidak dapat menahan pintu ini dengan kakinya,” kata Andrzej Duda menjelaskan apa yang dibahas NATO soal Ukraina pada KTT Juli lalu.
Presiden Polandia enggan berspekulasi kapan tepatnya Kiev akan mampu melewati “pintu” ini, namun berjanji bahwa Warsawa akan mendukung tetangganya dalam perjalanan menuju keanggotaan NATO.
“Dengan segenap kekuatan kami,” kata Andrzej Duda meyakinkan Ukraina.
Polandia Bangun Militer Raksasa
Sementara itu, jika Ukraina memandang NATO adalah payung ideal untuk berlindung dari Rusia, maka Polandia yang sudah menjadi anggota pakta pertahanan itu memilih untuk menghabiskan sebagian besar pendapatan negara mereka untuk membangun militer yang besar.
Sebagai respons dari ancaman Rusia yang menginvasi Ukraina, Polandia dilaporkan membangun secara pesat kekuatan militernya.
Target Polandia tidak main-main, menjadi negara dengan kekuatan militer terbesar di benua Eropa.
Demi misi itu, Polandia disebut menghabiskan banyak uang untuk membangun persenjataan militernya guna meningkatkan pertahanannya dalam menanggapi invasi Rusia ke Ukraina.
Menteri Pertahanan Polandia, Mariusz Moszkowski, mengatakan bahwa negara anggota NATO itu ingin memiliki pasukan darat terbesar di Eropa.
Hal itu termasuk melipatgandakan pasukan pertahanannya menjadi 300.000 personel, kesemuanya untuk melawan ancaman yang ditimbulkan oleh Rusia.
“Tujuan kami adalah menciptakan tentara Polandia yang kuat sehingga kemungkinan agresor tidak akan berani menyerang tanah air kami,” katanya dalam konferensi pers pada bulan Mei silam.
Sejumlah perkiraan menunjukkan kalau Polandia, yang bergabung dengan NATO pada 1999 silam, akan menghabiskan 3,9 persen PDB-nya untuk sektor pertahanan tahun ini – hampir dua kali lipat target NATO sebesar 2 persen.
"Hanya 11 negara anggota NATO yang memenuhi target alokasi PDB sebesar 2 persen untuk sektor pertahanan," tulis laporan Reuters.
Dengan PDB yang dianggarkan sebagain besar untuk sektor keamanan, Polandia membeli dan bahkan membangun beragam peralatan tempur mulai dari tank, artileri, hingga, jet tempur.
Baca juga: Ini Dia Calon Lawan Sepadan Rusia: Bakal Jadi Negara dengan Kekuatan Militer Paling Dahsyat di Eropa
Zelensky Kecewa Berat
Setelah puncak KTT di Vilnius, Zelensky mengecam NATO tersebut karena menolak memasukkan batas waktu keanggotaan Ukraina dalam pernyataan akhir KTT.
Melalui media sosial, pemimpin Ukraina tersebut menyebut kelalaian ini “belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak masuk akal,” dan menyatakan bahwa “keragu-raguan” mengenai masalah ini adalah tanda “kelemahan” dalam aliansi tersebut.
Presiden Ukraina akhirnya melunakkan retorikanya dan menggambarkan hasil KTT secara keseluruhan sebagai hal yang “positif.”
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan kepada Parlemen Eropa pekan lalu bahwa Ukraina sangat dekat dengan keanggotaan NATO merujuk pada tiga tanda-tanda.
Baca juga: Stoltenberg Ungkap Tiga Tanda-Tanda Ukraina Kian Dekat Jadi Anggota NATO
Namun, dia tidak memberikan batas waktu kapan Ukraina bisa bergabung ke NATO.
Moskow, yang memandang NATO sebagai blok yang bermusuhan dan dengan keras menentang ekspansinya ke arah timur, menyoroti aspirasi Kiev untuk bergabung dengan aliansi tersebut sebagai salah satu alasan utama melancarkan operasi militernya pada Februari 2022.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.