Rusia Rekrut Napi Jadi Umpan Peluru, Putin: Mereka yang Tewas di Ukraina Tebus Kesalahan Sepenuhnya
Putin mengheningkan cipta selama satu menit untuk menghormati para tahanan yang tewas dalam pertempuran.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Rusia Rekrut Jadi Napi Jadi Umpan Peluru, Putin: Mereka yang Tewas di Ukraina Tebus Kesalahan Sepenuhnya
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Rusia, Vladimir Putin mengatakan kalau para tentara berstatus tahanan yang meninggal dalam perang di Ukraina telah menebus kesalahan dirinya ke masyarakat.
Sebagai informasi, untuk meningkatkan jumlah pasukan reguler yang bertempur di Ukraina, militer Rusia dan kelompok tentara bayaran Grup Wagner banyak merekrut personel dari koloni hukuman Rusia.
“Mereka sudah mati,” kata Vladimir Putin, Jumat (29/9/2023) dalam pertemuan yang disiarkan televisi, mengacu pada tahanan yang meninggal di Ukraina.
Baca juga: Profil Andrey Troshev, Si Rambut Abu-abu yang Ditunjuk Putin Jadi Mandor Tentara Wagner di Ukraina
Menurut Vladimir Putin, para Napi yang direkrut menjadi tentara Rusia dan tewas dalam peperangan sudah memberikan hidupnya bagi tanah air.
"Setiap orang bisa melakukan beberapa kesalahan, mereka pernah melakukannya. Namun mereka memberikan hidup mereka untuk Tanah Air, dan menebus kesalahan mereka sepenuhnya," kata Vladimir Putin pada pertemuan dengan prajurit yang bertempur di dekat Urozhaine, Ukraina, di front selatan.
Setelah berdiskusi singkat dengan para tentara, Putin mengheningkan cipta selama satu menit untuk menghormati para tahanan yang tewas dalam pertempuran.
Pemimpin Rusia itu mengatakan, tentara yang bertempur di dekat Urozhaine – tempat yang menurut Kementerian Pertahanan bisa digagalkan – adalah “contoh simbolis dari keberanian dan kepahlawanan.”
TMT melaporkan, narapidana digunakan militer Rusia sebagai umpan meriam termasuk di kota Bakhmut, Ukraina timur.
Pakar internasional mengatakan bahwa dalam beberapa kasus, tahanan direkrut untuk berperang di Ukraina melalui ancaman atau intimidasi.
Baca juga: Fenomena Rusia Rekrut Napi Jadi Tentara: Bebas Kalau Ikut Perang Lalu Kembali Membunuh Lebih Sadis
Banyak pakar dan kritikus Kremlin mengatakan bahwa merehabilitasi dan mengintegrasikan kembali mantan tentara yang mengalami trauma merupakan tantangan besar bagi Rusia.
Beberapa mantan narapidana yang kembali dari garis depan cenderung melakukan kejahatan baru.
Pihak berwenang Rusia secara tradisional memuji patriotisme dan budaya pengorbanan diri, termasuk dengan memperingati kemenangan Soviet dalam Perang Dunia II.
(oln/AFP/tmt/*)