Ankara Kecam Serangan Israel terhadap Rumah Sakit Persahabatan Turki-Palestina di Gaza
Kementerian Kesehatan Turkiye mengumumkan Rumah Sakit Persahabatan Turki-Palestina untuk pasien kanker di Gaza rusak parah akibat serangan Israel.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Ayu Miftakhul Husna
"Hal ini telah menyebabkan kerusakan signifikan pada departemen rumah sakit dan membuat penghuni serta pasien mengalami sesak napas," tambah pernyataan itu.
Oganisasi tersebut juga menerima panggilan telepon dari pasukan Israel yang memerintahkan mereka untuk mengevakuasi rumah sakit sebelum serangan terjadi.
Seorang juru bicara militer mengatakan kepada AFP, seruan ini adalah bagian dari seruan militer secara keseluruhan yang meminta masyarakat untuk menuju ke selatan Jalur Gaza.
RS Al-Quds saat ini memberikan perawatan kepada ratusan pasien yang terluka, termasuk mereka yang berada di unit perawatan intensif dan bayi baru lahir yang berada di inkubator.
Sekitar 12.000 pengungsi sipil yang mayoritas adalah anak-anak dan perempuan, juga mencari perlindungan di gedung rumah sakit.
Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, laporan ancaman untuk mengevakuasi RS Al-Quds 'sangat memprihatinkan'.
Baca juga: Jepang Jatuhkan Sanksi kepada Individu dan Perusahaan yang Punya Hubungan dengan Hamas
Menurutnya, sangat tidak mungkin untuk mengevakuasi rumah sakit dengan banyak pasien dan pengungsi.
"Kami tegaskan kembali tidak mungkin mengevakuasi rumah sakit yang penuh dengan pasien tanpa membahayakan nyawa mereka," tulis Tedros Adhanom Ghebreyesus di X, sebelumnya Twitter.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga telah memperingatkan bahwa mereka tidak dapat membantu memasok rumah sakit Al-Shifa dan Al-Quds karena risikonya yang tinggi.
"Ini adalah bencana di atas bencana. Kebutuhan kesehatan melonjak dan kemampuan kita untuk memenuhi kebutuhan tersebut menurun dengan cepat," kata Direktur Kedaruratan Regional WHO Rick Brennan.
Brennan menyerukan gencatan senjata dan mengatakan bahwa sepertiga rumah sakit di Gaza dan lebih dari 70 persen klinik kini tidak berfungsi.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)