Barat Cuma Ngomong Doang, Menteri Pertahanan Rusia: Ukraina Sudah Kalah Perang
Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu, mengklaim Ukraina sudah kalah perang meski sudah mendapat gelontoran bantuan persenjataan dari NATO dan AS
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Barat Cuma Ngomong Doang, Menteri Pertahanan Rusia: Ukraina Sudah Kalah Perang
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu, mengklaim Ukraina sudah kalah perang.
Dia menyebut, upaya pasukan Kiev untuk maju di garis depan pertempuran tetap tidak membuahkan hasil dan malah mengakibatkan kerugian besar serta menurunnya semangat pasukan Ukraina.
“Meskipun ada pasokan senjata jenis baru NATO, rezim Kiev mengalami kekalahan. Pasukan Rusia terus melakukan pertahanan aktif, yang secara efektif menimbulkan kerusakan,” kata menteri tersebut dalam pertemuan pemerintah pada Rabu (1/11/2023).
Baca juga: Dikirim ke Medan Perang Pakai Lapis Baja Butut Soviet, Tubuh Tentara Rusia Berserakan di Avdiivka
Shoigu secara khusus menyoroti keberhasilan pasukan pertahanan udara Rusia, memuji mereka karena berhasil melakukan lebih dari 1.400 pencegatan aset persenjataan dan rudal Ukraina pada bulan lalu.
"Sasaran yang dijatuhkan termasuk 37 pesawat dan enam rudal balistik taktis ATACMS," klaimnya.
Rudal balistik ATACMS pemberian Amerika Serikat itu datang ke Kiev pada awal Oktober, setelah berbulan-bulan diminta oleh pemerintah Ukraina.
Shoigu membandingkan jumlah pesawat Ukraina yang jatuh dengan jumlah F-16 yang dijanjikan ke Ukraina oleh negara Barat.
"Armada yang dijanjikan, (cuma) membutuhkan waktu sekitar 20 hari bagi Rusia untuk menghancurkannya seperti yang ditunjukkan bulan lalu," katanya.
Baca juga: Armada Laut Hitam Rusia dalam Bidikan Sabotase Bawah Laut Ukraina, Zelensky: Kami Kejar ke Mana Pun
Janji Soal Bantuan, Barat Cuma Ngomong Doang
Pemerintah negara-negara Barat telah berjanji untuk mendukung Ukraina “selama diperlukan” untuk mengalahkan Rusia di medan perang, namun kemampuan mereka untuk memenuhi janji tersebut belakangan dipertanyakan.
Konflik di Timur Tengah, yang meletus bulan lalu dan menyebabkan lonjakan permintaan senjata oleh Israel, semakin melemahkan kemampuan Kiev untuk mendapatkan bantuan dari Barat.
Bantuan Ukraina telah menjadi bahan perdebatan di DPR AS yang mayoritas diisi pihak oposisi.
Ketua Partai Republik yang baru diangkat Mike Johnson pekan lalu menolak proposal Gedung Putih untuk menggabungkan pengeluaran untuk beberapa tujuan keamanan, termasuk Ukraina.
Sebuah rancangan undang-undang yang diajukannya pada Senin (30/10/2023) mengusulkan paket terpisah senilai $14,3 miliar untuk Israel. Presiden AS Joe Biden menyatakan akan memvetonya.
Kerugian akibat konflik ini bagi negara-negara UE telah memberikan tekanan pada pemerintah mereka, karena para pemilih beralih ke partai-partai yang berjanji untuk memprioritaskan kepentingan nasional dibandingkan mendukung Kiev.
Hal itu, seperti yang terjadi pada pemilihan umum di Slovakia pada akhir September.
Perdana Menteri yang baru terpilih, Robert Fico, menentang bantuan kepada Ukraina, dengan alasan masalah korupsi di Kiev.
(oln/RT/*)