Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Untuk Pertama Kalinya, Joe Biden Serukan Jeda Terkait Serangan Israel ke Gaza, Begini Penjelasannya

Presiden AS Joe Biden akhirnya menyerukan untuk jeda sesaat terkait serangan Israel ke Gaza.

Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Nanda Lusiana Saputri
zoom-in Untuk Pertama Kalinya, Joe Biden Serukan Jeda Terkait Serangan Israel ke Gaza, Begini Penjelasannya
MIRIAM ALSTER / KOLAM RENANG / AFP
Presiden AS Joe Biden bergabung dengan Perdana Menteri Israel untuk memulai rapat kabinet perang Israel, di Tel Aviv pada 18 Oktober 2023, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Palestina Hamas. 

Dikutip dari The Guardian, Mokhiber yang mundur setelah mencapai usia pensiun, menulis, "Sekali lagi, kita melihat genosida terjadi di depan mata kita dan organisasi tempat kita bekerja tampaknya tidak berdaya untuk menghentikannya."

Ia mengatakan PBB telah gagal mencegah genosida sebelumnya terhadap Tutsi di Rwanda, Muslim di Bosnia, Yazidi di Kurdistan Irak, hingga Rohingya di Myanmar.

Baca juga: 8 Unit Pasukan Khusus Elite Israel yang Dikerahkan ke Gaza, Analis AS: Siap-siap Ditonjok di Muka

Di suratnya kepada Truk itu, Mokhiber juga menulis, "Komisaris Tinggi kami gagal lagi."

"Pembantaian besar-besaran terhadap rakyat Palestina saat ini, yang berakar pada ideologi pemukim kolonial etno-nasionalis, merupakan kelanjutan dari penganiayaan dan pembersihan sistematis yang telah berlangsung selama beberapa dekade."

Ia juga mengatakan AS, Inggris, dan sebagian besar negara di Eropa tidak hanya "menolak untuk memenuhi kewajiban perjanjian mereka" berdasarkan Konvensi Jenewa, "tetapi juga mempersenjatai serangan Israel dan memberikan perlindungan politik dan diplomatik terhadap konflik tersebut."

Surat pengunduran diri Mokhiber itu tidak menyebutkan serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan.

Mokhiber hanya bicara soal serangan Israel dan menyerukan agar negara Israel diakhiri secara efektif.

BERITA REKOMENDASI

"Kita harus mendukung pembentukan negara sekuler yang demokratis dan tunggal di wilayah Palestina yang bersejarah, dengan hak yang sama bagi umat Kristen, Muslim, dan Yahudi," ujar dia.

"Dan oleh karena itu, penghapusan kelompok-kelompok yang sangat rasis, pemukim - proyek kolonial dan mengakhiri apartheid di seluruh negeri," imbuh dia.

(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas