Populer Internasional: Biden Serukan Jeda Perang Gaza - Pasien Transplantasi Jantung Babi Meninggal
Rangkuman berita populer internasional, di antaranya seruan untuk jeda perang di Gaza oleh Presiden AS Joe Biden.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM - Rangkuman berita populer Tribunnews di kanal Internasional dapat disimak di sini.
Perang yang terjadi antara Hamas Palestina dan Israel masih terus berlangsung.
Presiden AS Joe Biden menyerukan "jeda" perang untuk pertama kalinya.
Sementara itu, pasien kedua yang menerima transplantasi jantung babi, meninggal 6 minggu setelah operasi.
Selengkapnya, berikut berita populer internasional dalam 24 jam terakhir.
1. Joe Biden Serukan Jeda Perang Gaza setelah Diprotes Pemimpin Yahudi AS
Baca juga: Untuk Pertama Kalinya, Joe Biden Serukan Jeda Terkait Serangan Israel ke Gaza, Begini Penjelasannya
Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, mengatakan perlunya jeda kemanusiaan sementara dalam perang Isreal-Hamas Palestina di Gaza.
Jeda kemanusiaan sementara ini bukan gencatan senjata, namun hanya memberikan waktu untuk memungkinan evakuasi orang-orang di Gaza.
Seruan Joe Biden itu terjadi setelah seorang Rabbi, pemimpin spiritual atau guru agama Yudaisme, memprotes agar AS menyerukan gencatan senjata di Gaza.
Joe Biden sedang berbicara di hadapan sekitar 200 orang ketika Rabbi Jessica Rosenberg berteriak padanya.
“Jika Anda peduli dengan orang-orang Yahudi, sebagai seorang Rabbi, saya ingin Anda menyerukan gencatan senjata sekarang juga,” kata Rabbi bernama Jessica Rosenberg di acara penggalangan dana yang dihadiri Joe Biden, Rabu (1/11/2023).
Rabbi Jessica Rosenberg menuntut penghentian total permusuhan di Gaza antara Hamas Palestina dan Israel.
Insiden itu terekam dalam video dan dibagikan oleh akun Jewish Voice for Peace di X (Twitter).
2. Nasib Bayi-bayi Prematur di Inkubator Rumah Sakit Gaza yang Dibombardir Israel
Baca juga: Pasukan Israel Kepung Kota Gaza, Tidak Ada Rencana untuk Gencatan Senjata
Israel masih terus membombardir sejumlah fasilitas medis di wilayah Khan Younis, Gaza.
Kalangan petugas medis Rumah Sakit Medis Nasser di Khan Younis, di Jalur Gaza selatan pun ketar-ketir dengan nasib para bayi yang dirawat di inkubator.
Di tengah blokade total oleh Israel, rumah sakit di seluruh wilayah Palestina memperingatkan bahwa persediaan bahan bakar hampir habis.
"Ada ketakutan dan kecemasan yang besar terhadap nyawa yang mungkin hilang," kata spesialis anak dan neonatal di Nasser, Asaad al-Nawajha kepada Al Jazeera.
"Kami terus meminta bantuan bahan bakar yang diperlukan untuk mengoperasikan generator rumah sakit dan menjamin keselamatan anak-anak, orang sakit, dan terluka di Gaza," ucapnya.
Saat ini, unit gawat darurat neonatal di rumah sakit ini menampung 10 anak.
Beberapa bayi yang dirawat, lahir empat minggu lebih awal dari tanggal perkiraan lahir.
Kementerian Kesehatan Gaza memperkirakan bahwa ada 130 bayi baru lahir saat ini bergantung pada inkubator di seluruh wilayah tersebut.
3. Pasien Kedua Penerima Transplantasi Jantung Babi Meninggal 6 Minggu setelah Operasi
Pasien kedua yang menerima transplantasi jantung babi meninggal dunia, kurang lebih enam minggu setelah menjalani operasi.
Dilansir CBS News, kabar kematian Lawrence Faucette diumumkan oleh sang dokter pada Selasa (31/10/2023).
Lawrence Faucette menjalani operasinya pada 20 September 2023 kemarin dan meninggal pada 30 Oktober 2023.
Pria berusia 58 tahun itu pertama kali dirawat di UMMC pada 14 September 2023 setelah mengalami gejala gagal jantung.
Enam hari kemudian ia menjalani operasi eksperimental, cangkok jantung babi.
Menurut Pusat Medis Universitas Maryland (UMMC), Lawrence Faucette tidak memenuhi syarat untuk menjalani cangkok jantung manusia karena usianya yang sudah lanjut.
Selain itu, Lawrence Faucette juga punya penyakit arteri perifer, jadi ia tidak bisa melakukan transplantasi jantung manusia.
"Satu-satunya harapan saya yang tersisa adalah menjalani transplantasi jantung babi, xenotransplantasi," kata Faucette kepada rumah sakit dalam wawancara internal beberapa hari sebelum operasi.
4. Siapa Houthi dan Mengapa Kelompok asal Yaman Itu Menyerang Israel?
Kelompok Houthi asal Yaman menyatakan perang terhadap Israel pada 31 Oktober 2023, dengan menembakkan drone dan rudal dari ibu kota Sanaa.
Serangan Houthi terhadap Israel sekaligus sebagai bentuk dukungan terhadap Palestina.
Mengutip Reuters dan wilsoncenter.org, berikut penjelasan mengenai kelompok Houthi dan mengapa mereka bergabung dalam perang Israel-Hamas.
Siapa Houthi?
Houthi adalah sebuah gerakan Syiah Zaidi yang memerangi pemerintah Yaman, yang mayoritas Sunni, sejak tahun 2004.
Houthi mengambil alih Ibu Kota Yaman, Sanaa, pada September 2014 dan menguasai sebagian besar wilayah utara Yaman pada 2016.
Para pejabat Yaman dan negara-negara Sunni telah berulang kali menuduh bahwa Iran dan kaki tangannya, Hizbullah, telah memberikan senjata, pelatihan, dan dukungan keuangan kepada Houthi.
(Tribunnews.com)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.