Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Relawan Indonesia di Gaza: Sehari Makan Sekali, Putuskan Tak Mau Dievakuasi

November ini mestinya para petani di jalur Gaza, Palestina, mestinya panen strawberi.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Kisah Relawan Indonesia di Gaza: Sehari Makan Sekali, Putuskan Tak Mau Dievakuasi
MOHAMMED ABED / AFP
Warga Palestina berdiri di luar Rumah Sakit Indonesia di Beit Lahia di Jalur Gaza utara pada 13 Januari 2016. 

TRIBUNNNEWS.COM -- November ini mestinya para petani di jalur Gaza, Palestina, mestinya panen strawberi.

Akan tetap hal itu jauh dari kenyataan. Setelah bersusah payah menanam, petani malah mendapatkan ladangnya hancur dibom oleh Zionis Israel.

Salah satu daerah paling subur untuk stroberi Palestina yang terkenal adalah Beit Lahia, dengan iklimnya yang baik, tanah yang subur, dan persediaan air berkualitas tinggi.

Baca juga: Putra Mahkota Arab Saudi dan Presiden Iran Jabat Tangan, Sepakat Paksa Israel Stop Agresi di Gaza

Terletak di utara Gaza, Beit Lahia juga merupakan rumah bagi Rumah Sakit Indonesia tempat relawan medis Indonesia Fikri Rofiul Haq bermarkas di organisasi kemanusiaan Indonesia Medical Emergency Rescue Committee (MER-C).

“Pasukan Israel telah mengebom ladang di Jalur Gaza dan banyak tanaman mati”, kata Haq kepada Al Jazeera.

Setiap hari kini menjadi soal kelangsungan hidup di wilayah tersebut, di mana Israel kini memusatkan serangannya terhadap rumah sakit.

“Pada awal perang, kami masih bisa mendapatkan beberapa barang dari sekitar rumah sakit, seperti sayur mayur dan mie instan, namun sekarang tidak mungkin mendapatkan produk segar seperti bawang, tomat, dan mentimun,” ujarnya. ke Al Jazeera melalui pesan suara WhatsApp.

Berita Rekomendasi

“Di Rumah Sakit Indonesia saat ini, staf hanya mendapat makan sekali sehari saat makan siang, yang disediakan oleh Rumah Sakit Al-Shifa [yang berdekatan]. Untuk sarapan dan makan malam, staf makan biskuit atau kurma,” ujarnya.

Kondisi di rumah sakit Indonesia dan Al-Shifa, serta rumah sakit lain di Gaza, telah memburuk sejak terakhir kali Al Jazeera berbicara dengan Haq pada hari Jumat.

Dr Mohammad Abu Salmiya, direktur Rumah Sakit Al-Shifa, memperingatkan pada hari Sabtu bahwa ratusan orang yang terluka serta bayi yang baru lahir perlu segera diangkut ke fasilitas medis operasional karena rumah sakitnya runtuh akibat kekurangan bahan bakar dan obat-obatan – serta pemboman Israel.

Baca juga: 39 Bayi Kritis Akibat Israel Blokade Listrik di Rumah Sakit Al-Shifa Gaza

“Ini adalah sebuah tragedi. Mayat-mayat tersebut – kami tidak dapat memasukkannya ke dalam freezer karena tidak berfungsi sehingga kami memutuskan untuk menggali lubang di sekitar rumah sakit. Ini adalah pemandangan yang sangat tidak manusiawi. Situasinya benar-benar di luar kendali. Ratusan mayat membusuk,” kata Abu Salmiya kepada Al Jazeera.

Atef al-Kahlot, direktur Rumah Sakit Indonesia, mengatakan fasilitasnya hanya beroperasi dengan kapasitas antara 30-40 persen dan dia meminta dunia untuk membantu.

“Kami menyerukan kepada orang-orang terhormat di dunia, jika ada di antara mereka yang masih tersisa, untuk memberikan tekanan pada pasukan pendudukan untuk memasok Rumah Sakit Indonesia dan rumah sakit lainnya di Jalur Gaza,” katanya.

Sebelum perang, persediaan makanan untuk Rumah Sakit Indonesia biasanya bersumber dari daerah sekitar, kata Haq.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas