Beirut Diancam Seperti Gaza, Hizbullah Kirim Rudal Katyusha ke Israel, 8 Tentara IDF Tewas
8 tentara Israel IDF terbunuh di perbatasan dengan Lebanon setelah Hizbullah melancarkan gelombang serangan rudal seusai Beirut diancam seperti Gaza.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
"Peluru kendali itu menyebabkan kehancuran. Awaknya tewas, dan sejumlah tentara yang berada di sekitarnya dipastikan terluka, termasuk tewas dan terluka,” tambah pernyataan Hizbullah itu.
Dalam pernyataan ketiga, Hizbullah mengatakan pihaknya juga menargetkan lokasi berkumpulnya tentara IDF di segitiga Al-Taihat, Ruwaisat al-Asi, dengan senjata yang sesuai.
"Serangan dipastikan menimbulkan korban,” klaim Hibullah.
Pada Minggu sore, kelompok perlawanan tersebut mengumumkan dua serangan lagi melalui halaman medianya.
TC, mengutip lansiran Channel 12 Israel melaporkan kalau sejumlah tentara IDF tewas dalam gelombang serangan tersebut.
“8 tentara IDF terbunuh di perbatasan dengan Lebanon hari ini sampai sekarang; ini adalah hari tersulit sejauh ini,” kata laporan tersebut dilansir TC mengutip N12 Israel.
Pakai Roket Katyusha
Sehari sebelumnya, pada 11 November, sebuah drone Israel menargetkan sebuah truk pickup di salah satu kebun di Al-Barak di daerah Zahrani di pantai Lebanon.
Tidak ada korban jiwa yang dilaporkan.
Zahrani terletak 45 kilometer dari perbatasan Israel, menjadikannya serangan Israel terdalam ke Lebanon sejauh ini.
Hizbullah menyerang sejumlah lokasi perbatasan Israel pada hari itu, sementara Israel terus menembaki desa-desa di selatan.
Eskalasi ini terjadi setelah pidato pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah pada 10 November, pidato kedua sejak pecahnya perang Gaza-Israel.
Dalam pidatonya, Nasrallah mengungkapkan kalau telah terjadi peningkatan jumlah operasi dan perubahan jenis senjata yang digunakan oelh Hizbullah selama serangan harian terhadap pasukan Israel di perbatasan, yang telah berlangsung sejak 8 Oktober.
Peningkatan intensitas serangan Hizbullah terjadi ketika Israel meningkatkan penargetan warga sipil di Lebanon selatan, tambah pemimpin perlawanan tersebut.
“Kami menggunakan roket Katyusha untuk pertama kalinya dalam konfrontasi ini, sebagai respons terhadap kejahatan brutal di Ainata yang menewaskan seorang wanita lanjut usia dan ketiga cucunya pada 5 November," kata dia.