Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bicara Pembantaian oleh Israel pada Warga Gaza, Abu Salem: Hidup atau Mati, Menyerah Bukan Pilihan

Sukarelawan di RS Shuhada Al-Aqsa bicara soal pembantaian oleh Israel terhadap warga Gaza.

Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Suci BangunDS
zoom-in Bicara Pembantaian oleh Israel pada Warga Gaza, Abu Salem: Hidup atau Mati, Menyerah Bukan Pilihan
Dawood NEMER / AFP
Orang-orang memeriksa jenazah para korban yang tewas dalam pemboman Israel saat mereka terbaring di luar rumah sakit Al-Shifa di Kota Gaza pada 8 November 2023, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan gerakan Hamas Palestina. 

TRIBUNNEWS.com - Seorang sukarelawan di RS Shuhada Al-Aqsa, Mohammad Abu Salem, mengatakan pembantaian oleh tentara Israel terhadap warga Gaza adalah kenyataan sehari-hari yang harus dihadapi.

Abu Salem bergabung sebagai sukarelawan pada 19 Oktober 2023.

Ia adalah lulusan fisioterapi Universitas Islam di Gaza.

"Saya tahu bekerja di rumah sakit pada umumnya akan sangat sibuk, namun bekerja di rumah sakit selama perang berada pada level yang berbeda," kata pria berusia 25 tahun ini kepada AlJazeera.

"Anda tidak tahu apa yang akan terjadi besok, apakah Anda akan hidup atau mati. Tapi, menyerah bukanlah suatu pilihan."

Baca juga: Daftar Produk Israel dan Pendukung Zionis dalam Genosida di Gaza Palestina, Kini Diboikot

Departemen fisioterapi menangani semua pasien setelah perawatan awal di ruang gawat darurat.

Setelahnya, departemen fisioterapi melanjutkan ke departemen lain seperti unit bedah atau bagian pediatrik.

BERITA TERKAIT

Abu Salem berbicara kepada pasien, termasuk saudara laki-lakinya yang juga menjadi korban serangan, tentang sifat luka mereka, komplikasi yang mungkin timbul, dan cara menghindari risiko tersebut.

Ia beruntung bisa merawat sendiri saudara laki-lakinya yang mengalami luka ringan.

Meski demikian, Abu Salem tak menampik, mengobati orang yang dikenalnya cukup membuat stres.

“Suatu hari saudara laki-laki saya sendiri mengalami cedera – untungnya tidak serius,” katanya.

“Tetapi stres saat merawat orang yang Anda kenal, bisa sangat melemahkan.”

"Saya Hanya Berharap Keluarga Saya Tetap Hidup"

Seorang pria berjalan di antara mayat-mayat yang terbungkus kafan dari mereka yang tewas dalam pemboman Israel di Deir Balah di Jalur Gaza tengah, di rumah sakit Shuhada Al-Aqsa di kota yang sama pada 6 November 2023, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Palestina Hamas.
Seorang pria berjalan di antara mayat-mayat yang terbungkus kafan dari mereka yang tewas dalam pemboman Israel di Deir Balah di Jalur Gaza tengah, di rumah sakit Shuhada Al-Aqsa di kota yang sama pada 6 November 2023, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Palestina Hamas. (MAHMUD HAMS / AFP)

Dokter muda bernama Abdelrahman Abu Shawish, tak menyangka akan menjalani 'peran' penting sesaat setelah lulus dari sekolah kedokteran Universitas Azhar, Gaza.

Saat ini, Abu Shawish yang menjadi sukarelawan di departemen bedah di RS Shuhada Al-Aqsa, harus membuat keputusan penting untuk hidup pasiennya.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas