Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bicara Pembantaian oleh Israel pada Warga Gaza, Abu Salem: Hidup atau Mati, Menyerah Bukan Pilihan

Sukarelawan di RS Shuhada Al-Aqsa bicara soal pembantaian oleh Israel terhadap warga Gaza.

Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Suci BangunDS
zoom-in Bicara Pembantaian oleh Israel pada Warga Gaza, Abu Salem: Hidup atau Mati, Menyerah Bukan Pilihan
Dawood NEMER / AFP
Orang-orang memeriksa jenazah para korban yang tewas dalam pemboman Israel saat mereka terbaring di luar rumah sakit Al-Shifa di Kota Gaza pada 8 November 2023, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan gerakan Hamas Palestina. 

Dikutip dari AlJazeera, Abu Shawish harus memutuskan apakah korban luka memerlukan amputasi seluruhnya atau sebagian anggota tubuhnya.

Padahal, ia baru bergabung sebagai sukarelawan pada 10 Oktober 2023, tiga hari setelah eskalasi militer meningkat.

Ia mengaku kondisi para korban luka akibat serangan Israel, sama seperti periode sebelumnya.




Meski demikian, menurut dia, jenis luka yang didapat korban berbeda, termasuk jenis peluru yang mengenai mereka.

Baca juga: Politisi Israel Serukan Bumi Hangus Gaza, Israel Dituding Terlalu Lunak Hadapi Hamas

"Cedera (luka) yang saya lihat dalam perang (Mei) 2021, kurang lebih terlihat sama," kata dia.

"Tetapi, kali ini, saya telah melihat begitu banyak jenis yang berbeda. Mulai dari luka bakar dengan tingkat yang berbeda-beda, anggota tubuh yang diamputasi, hingga laserasi yang dalam dan berbagai jenis pecahan peluru."

RS Shuhada Al-Aqsa, yang seharusnya hanya melayani pusat kota Deir el-Balah, telah menjadi fasilitas perawatan utama di Jalur Gaza.

BERITA TERKAIT

Lantaran, rumah sakit di Kota Gaza dan Gaza utara hancur total.

Hampir dua pertiga dari rumah sakit di Jalur Gaza - 26 dari 35 rumah sakit - telah berhenti berfungsi usai berminggu-minggu pemboman Israel di wilayah tersebut.

Selain itu, pengepungan total yang dilakukan Israel terhadap Gaza, menyebabkan rumah sakit kehabisan bahan bakar, listrik, dan air bersih.

"Persediaan medis kami sangat terbatas," ujar Abu Shawish.

"Saat puluhan orang terluka datang ke rumah sakit karena serangan Israel, kami sering tidak dapat merawat mereka semua sekaligus karena kami perlu mensterilkan peralatan. Kami tidak punya cukup (peralatan medis)."

Kurangnya sumber daya membuat dokter tidak dapat berbuat lebih dari jumlah minimum yang diperlukan untuk menjaga pasiennya tetap hidup.

Perawatan yang semestinya juga tidak mungkin dilakukan.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas