Meta Raup Untung Lewat Ujaran Kebencian, Ada 19 Iklan Serukan Pembunuhan Warga Palestina
Meta disebut meraup untung lewat ujaran kebencian yang dilakukan di platformnya. Ditemukan 19 iklan mengandung ujaran kebencian.
Penulis: Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor: Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM - Perusahaan induk Facebook, Instagram, WhatsApp hingga Threads, Meta, disebut meraup untung lewat ujaran kebencian yang ditampilkan di platform miliknya.
Dikutip dari Aljazeera, temuan ini diketahui dari investigasi yang dilakukan oleh kelompok penggiat hak-hak digital di Palestina.
Dalam investigasi yang dilakukan, ditemukan Facebook memasang iklan bertarget dan berisi seruan pembunuhan individu dan pengusiran paksa terhadap warga Palestina dari Tepi Barat yang diduduki oleh Yordania.
Secara lebih rinci, kelompok tersebut menemukan setidaknya 19 iklan yang mengandung ujaran kebencian dan hasutan dalam bahasa Ibrani terhadap orang Arab dan Palestina dalam konteks perang Hamas-Israel di Gaza.
"Iklan yang disetujui tersebut mencakup seruan untuk memusnahkan Gaza, perempuan, anak-anak dan orang lanjut usia dan kalimat-kalimat menghasut lainnya yang secara eksplisit menyerukan pembunuhan warga Palestina, membakar seluruh Gaza, mendeportasi orang-orang, dan melaksanakan Nakba kedua," demikian temuan kelompok tersebut.
Baca juga: Israel Setuju Gencatan Senjata, Hamas Gerak Cepat Temui Pimpinan Hizbullah Galang Kekuatan Baru
Sebagai informasi, nakba adalah kata dalam bahasa Arab yang berarti bencana dan mengacu pada pengungsian dan perampasan warga Palestina dalam perang dengan Israel pada tahun 1948.
Di sisi lain, temuan semacam ini telah terjadi di awal November 2023 lalu seperti bos Meta, Mark Zuckerberg mengutuk serangan Hamas ke Israel hingga unggahan berbau Palestina disembunyikan dari pengguna lain di Instagram.
Mark Zuckerberg Kutuk Serangan Hamas, Israel Terima Kasih
Hal semacam ini juga pernah ditemukan pada awal November 2023 lalu.
Dikutip dari NDTV, bos Meta, Mark Zuckerberg secara terbuka mengutuk serangan Hamas ke Israel tetapi tidak melakukan hal serupa ketika Israel menyerang warga sipil hingga rumah sakit di Gaza.
Bahkan Mark menuding serangan Hamas ke Israel layaknya serangan teroris.
Adapun pernyataan Mark itu disampaikan lewat Instagram Story di akun pribadinya.
"Serangan teroris yang dilakukan oleh Hamas adalah kejahatan murni. Tidak pernah ada pembenaran untuk melakukan tindakan terorisme terhadap orang-orang yang tidka bersalah."
"Penderitaan yang meluas yang diakibatkannya sangat menghancurkan. Fokus saya tetap pada keselamatan karyawan kami dan keluarga mereka di Israel dan wilayah ini," tulis Mark.
Pemerintah Israel pun mengucapkan terima kasih ke Mark atas pernyataannya tersebut lewat akun X resminya, @Israel.
WhatsApp Luncurkan Stiker Bocah Palestina Bersenjata
Setelah Mark, ketidaknetralan Meta ditunjukan lewat salah satu aplikasi pesan buatannya, WhatsApp.
Dikutip dari The Guardian, WhatsApp meluncurkan stiker bergambar bocah Palestina yang memegang senapan pada 2 Novemeber 2023 lalu.
Stiker tersebut bakal muncul ketika pengguna mengetikan kata kunci 'Palestina' di fitur baru WhatsApp, 'Create Al Sticker'.
Secara lebih rinci, stiker anak Palestina memegang senapan bakal muncul ketika pengguna menuliskan 'Anak Muslim Palestina' atau dalam bahasa Inggris 'muslim boy Palestinian.'
Adapun stiker tersebut bergambar seorang anak laki-laki memegang senjata api mirip AK-47 dan mengenakan topi yang biasa dikenakan pria dan anak laki-laki Muslim yang disebut kufi atau taqiyah.
Baca juga: Israel-Hamas Sepakat Gencatan Senjata Sementara, Joe Biden Puji Netanyahu, Singgung soal Sandera AS
Sementara, ketika pengguna mengetikan kata kunci 'Israel', maka akan muncul bendera Israel dan pria menari.
Kemudian, saat diketikan kata kunci 'anak laki-laki Israel' atau 'Israeli boy' bakal memunculkan stiker kartun anak-anak bermain sepak bola dan membaca.
Senada, kata kunci 'anak laki-laki Yahudi Israel' atau Jewish boy Israeli, maka akan memunculkan stiker dengan tampilan empat anak laki-laki dengan mengenakan kalung Bintang Daud, lalu salah satu anak mengenakan kopiah Yahudi atau yarmulke dan dalam keadaan membaca, dan anak lainnya hanya berdiri.
Dari kata kunci tersebut, tidak ada stiker yang menunjukan gambar orang membawa senjata.
Pasca diluncurkannya fitur ini, karyawan Meta pun justru melaporkannya ke pihak internal perusahaan.
"Seperti yang kami katakan saat meluncurkan fitur ini, model dapat menghasilkan keluaran yang tidak akurat atau tidak sesuai seperti pada semua sistem AI generatif," dalih juru bicara Meta, Kevin McAlister.
"Kami akan terus menyempurnakan fitur-fitur ini seiring perkembangannya dan semakin banyak orang yang menyampaikan masukan mereka," sambungnya.
Kata Kunci 'Palestina' dan 'Alhamdulillah' Diterjemahkan Instagram Jadi 'Teroris'
Masih dilansir The Guardian, ditemukan bahwa kata kunci 'Palestina' dan 'Alhamdulillah' diterjemahkan oleh Instagram menjadi 'teroris'.
Hal ini ditemukan dalam bio profil beberapa pengguna Instagram.
Adapun masalah ini pertama dilaporkan oleh beberapa akun profil akun pengguna Instagram saat memakai kata 'Palestina; yang ditulis dalam bahasa Inggris, emoji bendera Palestina, dan kata 'alhamdulillah; yang ditulis dalam bahasa Arab.
Berdasarkan penelusuran The Guardian, ketika kombinasi kata-kata tersebut digabungkan, frasa tersebut berbunyi, 'Alhamdulillah, teroris Palestina berjuang demi kebebasan mereka.'
Setelah adanya laporan tersebut, Instagram pun meminta maaf dan memperbaiki isu tersebut.
Meta berdalih terjemahan seperti itu adalah kesalahan sistem.
Unggahan terkait Palestina 'Disembunyikan' dari Pengguna Lain
Selanjutnya, adapula laporan bahwa postingan di Instagram yang berkaitan dengan Palestina disembunyikan dari pengguna lain tanpa penjelasan dan mengalami penurunan engagement.
Terkait hal ini, Meta berdalih bahwa konten perang Hamas-Israel begitu banyak diunggah di platform mereka termasuk Instagram.
Baca juga: Sosok dan Sepak Terjang Rami Ungar, Orang Terkaya di Israel yang Kapalnya Dibajak Houthi
Sehingga 'konten yang dianggap melanggar kebijakan kemungkinan dihapus karena dianggap error.'
"Kami tidak pernah bermaksud untuk menekan komunitas atau sudut pandang tertentu," demikian pernyataan Meta.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)
Artikel lain terkait Konflik Palestina vs Israel