Gencatan Senjata, Netanyahu Perintahkan Mossad Gelar Operasi Senyap Lenyapkan Bos Hamas
Perintah Netanyahu ke Mossad ini dilontarkan pada Rabu (22/11/2023) yang berisi perintah operasi senyap di tengah kesepakatan gencatan senjata
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Gerakan tersebut menegaskan kembali bahwa ketentuan perjanjian tersebut dirumuskan dan dicapai sesuai dengan visi dan tujuan Hamas, yang bertujuan untuk melayani rakyatnya dan membantu ketahanan mereka dalam menghadapi pendudukan Israel, menurut pernyataan Hamas.
Bibi Terjebak
Menanggapi kesepakatan gencatan senjata Israel-Hamas itu, peneliti senior di Institut Timur Tengah Universitas Nasional Singapura, James Dorsey, menilai gencatan senjata sementara hanyalah langkah pertama dalam proses negosiasi yang sulit ke depannya.
Kata Dorsey, perdamaian abadi di Jalur Gaza masih jauh dari harapan.
“Kesepakatan ini memberi tahu Anda betapa sulitnya hal-hal yang akan terjadi di masa depan."
"Begitu kita sampai pada pertanyaan tentang pembebasan personel militer Israel yang ditawan oleh Hamas, negosiasi ini akan menjadi jauh lebih sulit," kata Dorsey.
Dia menilai, Bibi, panggilan Benjamin Netanyahu, dalam posisi terjebak saat mau tak mau menyepakati butir kesepakatan gencatan dengan Hamas.
“Menurut saya, Perdana Menteri Israel Netanyahu sedang terjebak."
"Di satu sisi tekanan dari dalam negeri–yang menginginkan para sandera dibebaskan dan menginginkan mereka dibebaskan sekarang–dan, di sisi lain, tekanan AS untuk mengizinkan gencatan senjata," sambungnya.
Pada tanggal 7 Oktober, Hamas melancarkan serangan roket besar-besaran terhadap Israel dari Jalur Gaza dan menerobos perbatasan, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menculik lebih dari 200 lainnya di permukiman Israel.
Israel melancarkan serangan balasan dan memerintahkan blokade total terhadap Jalur Gaza, memutus pasokan air, makanan, dan bahan bakar.
Pada tanggal 27 Oktober, Israel melancarkan serangan darat besar-besaran di Jalur Gaza dengan tujuan untuk melenyapkan pejuang Hamas dan menyelamatkan para sandera.
Konflik tersebut telah mengakibatkan kematian lebih dari 14.500 orang di Jalur Gaza.
(oln/sptnk/almydn/*)