Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Serukan Pemecatan Netanyahu, Ehud Barak: Dia Tidak Layak Memimpin Israel

Eks PM Israel, Ehud Barak, menyerukan pemecatan Benjamin Netanyahu karena dianggap tidak layak memimpin Israel.

Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Nuryanti
zoom-in Serukan Pemecatan Netanyahu, Ehud Barak: Dia Tidak Layak Memimpin Israel
ABIR SULTAN / KOLAM RENANG / AFP
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berbicara selama konferensi pers di pangkalan militer Kirya di Tel Aviv pada 28 Oktober 2023 di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Palestina Hamas. Eks PM Israel, Ehud Barak, menyerukan pemecatan Benjamin Netanyahu karena dianggap tidak layak memimpin Israel. 

“Yang lemah adalah pemerintah, dan khususnya perdana menteri. Dana koalisi terus mengalir, perawatan para pengungsi dan korban luka adalah kegagalan yang memalukan, tidak ada yang mau repot-repot menutup kantor-kantor pemerintah yang tidak diperlukan, advokasi adalah bencana yang sedang berlangsung."

“Netanyahu telah kehilangan kepercayaan dari warganya, kepercayaan dari komunitas internasional dan yang paling serius – kepercayaan dari sistem keamanan,” tambahnya.

Rencana Perpanjangan Gencatan Senjata

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken (Kiri) berjabat tangan dengan Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al Thani usai pertemuan dan konferensi pers mereka di Doha pada 13 Oktober 2023.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken (Kiri) berjabat tangan dengan Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al Thani usai pertemuan dan konferensi pers mereka di Doha pada 13 Oktober 2023. (KARIM JAAFAR / AFP)

Sementara itu, Kepala Badan Intelijen Pusat AS (CIA) dan Mossad Israel telah bertemu di Qatar untuk membahas perpanjangan gencatan senjata antara Israel-Hamas, serta sandera yang ditahan Hamas di Gaza.

Baca juga: Israel Serang Jenin, Bentrok dengan Warga hingga Akses ke Rumah Sakit Diblokir

Direktur CIA, William Burns dan David Barnea, serta Kepala Dinas Intelijen Mossad, mengadakan pembicaraan dengan PM Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani pada Selasa (28/11/2023).

Pembicaraan itu terjadi satu hari setelah Doha mengumumkan perpanjangan gencatan senjata dua hari yang seharusnya telah berakhir pada Senin (27/11/2023) kemarin.

Diketahui, Qatar, AS, dan Mesir telah terlibat dalam negosiasi intensif untuk membangun dan memperpanjang gencatan senjata di Gaza.

Selama jeda awal, Hamas membebaskan 69 tawanan – 51 warga Israel dan 18 orang dari negara lain.

Berita Rekomendasi

Sebagai imbalannya, 150 tahanan Palestina – 117 anak-anak dan 33 wanita – yang ditahan di penjara Israel dibebaskan dan lebih banyak bantuan kemanusiaan diizinkan masuk ke Gaza.

Pembicaraan antara kepala intelijen AS dan Israel serta Qatar juga dihadiri oleh pejabat Mesir.

“Apakah ada cara agar mereka dapat mencoba dan mengatasi masalah utama di sini, yaitu mempertahankan (gencatan senjata saat ini) sementara Israel pada saat yang sama ingin menyingkirkan Hamas?” tanya editor diplomatik AlJazeera, James Bay.

“Kami tidak tahu apa-apa dari informasi di lapangan, tapi satu kemungkinan yang disarankan beberapa orang adalah mungkin kesepakatan bisa dilakukan agar pimpinan militer Hamas bisa dibujuk untuk mengasingkan diri ke negara lain,” katanya.

“Bukan itu yang kami dengar dari sumber-sumber media Israel; hal terbaru yang kami dengar dari mereka adalah bahwa pemerintah Israel tidak menginginkan perpanjangan total lebih dari 10 hari, yang akan memakan waktu hingga akhir hari Minggu,” menurut Bays.

Sementara itu, Menteri Keamanan Nasional Israel yang berhaluan sayap kanan, Itamar Ben-Gvir, meminta Benjamin Netanyahu untuk mengizinkan tentara kembali berperang di Gaza.

Tujuannya adalah untuk “menghancurkan Hamas”.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas