Qatar Konfirmasi Gencatan Senjata Antara Israel-Hamas di Gaza Kembali Diperpanjang hingga Jumat
Qatar telah mengkonfirmasi gencatan senjata antara Israel dengan Hamas di Gaza diperpanjang. Perpanjangan gencatan senjata dilakukan hingga Jumat.
Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Suci BangunDS
Washington memahami keinginan Israel untuk membasmi militan Hamas di Gaza selatan, namun yakin bahwa diperlukan kehati-hatian yang lebih besar di wilayah berpenduduk padat tersebut.
"Tetapi mengingat ratusan ribu warga sipil telah melarikan diri ke selatan, atas permintaan Israel, kami yakin Israel hanya boleh bergerak maju setelah perencanaan operasional memperhitungkan kehadiran lebih banyak orang tak berdosa," kata seorang pejabat AS.
Perencanaan harus mencakup pembelajaran dari operasi yang dilakukan di wilayah utara untuk meningkatkan perlindungan bagi warga sipil yang tidak bersalah.
"Termasuk hal-hal seperti mempersempit zona pertempuran dan memperjelas wilayah di mana warga sipil dapat mencari perlindungan," lanjutnya.
Tingkat Bantuan Masih Kurang
Baca juga: Kisah Zeina Abdo, Remaja Palestina Jadi Tahanan Israel: Diancam Disetrum sampai Mati
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres mengatakan, tingkat bantuan dan bahan bakar yang masuk ke Gaza masih belum mencukupi.
Meskipun volume bahan bakar yang diizinkan masuk ke Gaza meningkat, kata Guterres, jumlah tersebut masih belum cukup untuk menopang operasi dasar.
"Tingkat bantuan kepada warga Palestina di Gaza masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan besar lebih dari 2 juta orang," kata Guterres, dikutip dari CNN.
Dewan Keamanan PBB bertemu pada hari Rabu untuk membahas bagaimana menerapkan resolusi wajibnya awal bulan ini, yang menyerukan "jeda dan koridor kemanusiaan" di Gaza.
Guterres mencatat pentingnya membuka lebih banyak penyeberangan ke Gaza karena penyeberangan Rafah dengan Mesir terendam banjir.
Baca juga: Israel Tolak Daftar Tawanan yang Diajukan Hamas untuk Perpanjang Gencatan Senjata
"Penting untuk menyadari bahwa penyeberangan perbatasan Rafah tidak memiliki kapasitas yang cukup, terutama mengingat lambatnya prosedur keamanan," kata Guterres.
"Itulah sebabnya kami mendesak pembukaan perlintasan lain, termasuk Kerem Shalom, dan penyederhanaan mekanisme pemeriksaan untuk memungkinkan peningkatan jumlah bantuan yang diperlukan untuk menyelamatkan nyawa," ucapnya.
Guterres menambahkan, rumah sakit di Gaza saat ini masih juga kewalahan.
"Sistem medis telah rusak karena banyaknya kasus, kekurangan obat yang akut, dan dampak permusuhan," ungkapnya.
(Tribunnews.com/Whiesa)