Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Solidaritas Umat Kristen Palestina di Betlehem untuk Gaza: Tuhan Beserta Kita dalam Penderitaan Ini

Tak ada perayaan Natal di Betlehem, Tepi Barat, Palestina, kota yang diyakini umat Kristen, sebagai tempat kelahiran Yesus Kristus.

Editor: Willem Jonata
zoom-in Solidaritas Umat Kristen Palestina di Betlehem untuk Gaza: Tuhan Beserta Kita dalam Penderitaan Ini
Anadolu
Puing beton yang disusun seperti gundukan menggantikan pohon natal di Gereja Evangelis Lutheran Betlehem, Tepi Barat, Palestina. 

“Ini telah menjadi genosida dengan 1,7 juta orang mengungsi,” kata Isaac seperti diberitakan Washington Post.

Pada Selasa sore, delegasi tersebut pergi ke Gedung Putih dan menyampaikan surat untuk Presiden Biden yang ditandatangani oleh para pemimpin komunitas Kristen di Betlehem, termasuk denominasi Protestan Isaac dan rekan-rekannya dari Ortodoks, Armenia, dan Katolik.

Mereka berangkat ke Hill untuk menemui staf di Senat dan DPR.

“Tuhan telah menempatkan para pemimpin politik pada posisi berkuasa sehingga mereka dapat memberikan keadilan, mendukung mereka yang menderita, dan menjadi instrumen perdamaian Tuhan,” demikian isi surat tersebut.

“Kami menginginkan gencatan senjata yang konstan dan komprehensif. Kematian yang cukup. Kehancuran yang cukup. Ini adalah kewajiban moral. Pasti ada cara lain. Inilah seruan dan doa kami pada Natal ini.”

Umat ​​Kristen Palestina termasuk dalam komunitas Kristen tertua di dunia, yang berakar pada tempat lahirnya agama Kristen.

Jumlah mereka sekira 2 persen dari keseluruhan populasi Palestina di Tepi Barat, sebagian besar terkonsentrasi di sekitar Ramallah, Bethlehem dan Yerusalem, dan kurang dari 1 persen populasi di Gaza.

BERITA REKOMENDASI

Sementara terdapat sekira kurang dari 1.000 orang Kristen di Gaza, yang tinggal di sana tanpa banyak masalah meskipun secara de facto wilayah tersebut telah diambil alih pada tahun 2007 oleh Hamas.

Namun serangan udara Israel menghancurkan atau merusak hampir seluruh rumah masyarakat di Kota Gaza dan juga mengenai gereja tertua yang aktif di Gaza, tempat beberapa orang berlindung.

Hal ini mungkin mendorong seperlima umat Kristen di Gaza yang juga memiliki paspor asing untuk meninggalkan wilayah tersebut. Sisanya mendapati diri mereka menetap dalam ketidakpastian.

"Kita mati atau pergi," kata Tamar Haddad, koordinator regional Federasi Lutheran Dunia yang juga merupakan bagian dari delegasi kunjungan tersebut.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas