Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Agenda Tersembunyi Zionis, Segera Usir Massal Warga Palestina ke Mesir, dan Tak Akan Bisa Kembali

Pasukan Israel atau IDF telah mempersiapkan pengusiran besar-besaran ke Mesir dan tidak mungkin akan bisa kembali ke Gaza.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Agenda Tersembunyi Zionis, Segera Usir Massal Warga Palestina ke Mesir, dan Tak Akan Bisa Kembali
AFP
Para pelayat bereaksi di samping jenazah kerabat yang terbunuh setelah serangan Israel, di rumah sakit Nasser milik Khan Yunis di Jalur Gaza selatan pada 9 Desember 2023, di tengah berlanjutnya pertempuran antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas. 

TRIBUNNEWS.COM -- Warga Palestina semakin di ujung tanduk, mereka diperkirakan akan terusir dari kampung halaman mereka.

Pasukan Israel atau IDF telah mempersiapkan pengusiran besar-besaran ke Mesir dan tidak mungkin akan bisa kembali ke Gaza.

Kepala Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB (UNRWA) Philippe Lazzarini mengatakan rencana Israel ini ditolak oleh sejumlah negara termasuk Amerika Serikat.

Baca juga: Serangan Israel Semakin Intensif, Hampir 300 Orang Tewas di Gaza dalam 24 Jam

“Perserikatan Bangsa-Bangsa dan beberapa negara anggota, termasuk AS, dengan tegas menolak pemindahan paksa warga Gaza keluar dari Jalur Gaza,” tulis kepala Philippe Lazzarini pada hari Sabtu di sebuah opini Los Angeles Times pada Sabtu (9/12/2023).

“Tetapi perkembangan yang kita saksikan menunjukkan adanya upaya untuk memindahkan warga Palestina ke Mesir, terlepas dari apakah mereka tinggal di sana atau dimukimkan kembali di tempat lain.”

Juru bicara Kementerian Pertahanan Israel membantah tuduhan Lazzarini, dan mengatakan bahwa Yerusalem Barat tidak pernah memiliki rencana untuk mendorong warga Gaza ke Mesir.

Namun, dua anggota parlemen Israel bulan lalu menulis di kolom editorial Wall Street Journal bahwa mereka ingin melihat negara-negara di seluruh dunia menyambut pengungsi Gaza yang memilih untuk pindah.

Berita Rekomendasi

Perang Israel-Hamas telah menyebabkan lebih dari 1,8 juta warga Gaza meninggalkan rumah mereka, yang merupakan pengungsian paksa terbesar warga Palestina sejak tahun 1948, kata Lazzarini.

Hampir 18.000 orang tewas di Gaza, dan sebuah penelitian di Israel menemukan bahwa 61 persen orang yang tewas dalam serangan udara IDF adalah warga sipil.

Perang dimulai ketika Hamas melancarkan serangan mendadak terhadap desa-desa Israel selatan pada tanggal 7 Oktober, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera ratusan orang kembali ke Gaza.

Baca juga: AS Kirim 14.000 Peluru Tank ke Israel untuk Lanjutkan Perang Melawan Hamas di Gaza

Korban warga Palestina termasuk lebih dari 270 orang yang berlindung di fasilitas UNRWA pada saat mereka terbunuh.

Lazzarini mengatakan banyak dari tempat perlindungan tersebut berada di wilayah tengah dan selatan Gaza yang dianggap lebih aman dibandingkan wilayah utara, yang menjadi fokus utama kampanye pemboman Israel.

“Kenyataan yang menyedihkan adalah warga Gaza tidak aman di mana pun: tidak di rumah, tidak di rumah sakit, tidak di bawah bendera PBB, tidak di utara, tengah, atau selatan,” tambahnya.

Para penyintas kini terkepung dan bersembunyi di “daerah kecil” di Gaza selatan, dekat perbatasan Mesir, kata Lazzarini. Banyak orang hanya mempunyai satu pilihan: meninggalkan daerah kantong Palestina.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas