Saling Mengancam, Hamas Sebut Israel Biadab, Netanyahu Minta Hamas Menyerah: Ini adalah Akhir
Baru-baru ini, Hamas dan Israel saling mengancam satu sama lain. Hamas menyebut Israel biadab, sedangkan Netanyahu mendesak Hamas agar menyerah.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Nanda Lusiana Saputri
Meski demikian, militer Israel belum merilis bukti tersebut, dan Hamas menolak klaim Netanyahu.
Upaya untuk Gencatan Senjata Masih Berlangsung
Sementara itu, mediator Qatar mengatakan upaya terkait gencatan senjata selanjutnya dan membebaskan lebih banyak sandera sedang berlangsung.
Tapi, kata mediator Qatar, serangan Israel tanpa henti "mempersempit peluang" untuk mencapai hasil yang sukses.
Baca juga: Pakar Militer: Tentara Israel Terkejut dengan Kekuatan Hamas, Mereka Punya Ratusan Ribu Senjata
Sebelumnya, usulan gencatan senjata yang menjadi resolusi Dewan Keamanan PBB, menemui kebuntuan.
Pada Jumat (8/12/2023), Amerika Serikat (AS) menggunakan hak vetonya terkait resolusi itu.
Penggunaan hak veto AS itu mematahkan tuntutan gencatan senjata segera yang dipimpin oleh Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, dan negara-negara Arab.
Guterres telah mengadakan pertemuan darurat dengan Dewan Keamanan PBB setelah konflik berminggu-minggu.
"Uni Emirat Arab sangat kecewa," ujar perwakilan UEA yang mensponsori resolusi yang menyerukan gencatan senjata.
"Sayangnya, dewan ini (Dewan Keamanan PBB) tidak dapat menuntut gencatan senjata kemanusiaan."
AS mempertahankan hak vetonya dan menyerang pendukung resolusi itu.
AS mengkritik mereka karena terburu-buru mewujudkannya dan tidak mengubah seruan untuk gencatan senjata tanpa syarat.
“Resolusi ini masih berisi seruan untuk gencatan senjata tanpa syarat."
"Resolusi ini akan membuat Hamas dapat mengulangi apa yang mereka lakukan pada 7 Oktober,” kata Wakil Perwakilan AS di PBB, Robert Wood.
Sebagai anggota tetap Dewan Keamanan, AS dapat menggunakan hak vetonya terhadap resolusi apapun.