WRSA-I, Gudang Senjata AS di Israel yang Bisa Dipakai Sesuka Hati dan Bayar Belakangan
AS telah mengisi ulang gudang amunisi dan persenjataan itu setelah menipis karena dipakai Israel secara berhambur-hambur di Jalur Gaza melawan Hamas
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Syarat lain, tentu saja, penjualan senjata AS akan tuntas jika pembayaran sudah diselesaikan lebih dulu oleh pembeli.
Namun, Josh Paul, mantan pejabat departemen luar negeri AS, mengungkapkan, AS rupanya juga punya kebijakan diskresi terhadap penjualan senjata ke negara sekutu mereka, Israel khususnya.
“Kami secara surut membangun kasus penjualan militer asing, yang mungkin perlu atau tidak perlu diberitahukan kepada Kongres, tergantung pada apa yang mereka ambil dan berapa jumlahnya,” kata Josh yang mengundurkan diri pada bulan Oktober sebagai protes terhadap Dukungan Washington yang tak terkendali terhadap pembersihan etnis di Gaza.
“Tidak ada tinjauan terhadap hak asasi manusia, tidak ada tinjauan terhadap keseimbangan regional, tidak ada tinjauan kebijakan transfer senjata konvensional yang biasanya terjadi […] Pada dasarnya, ini memerlukan apa yang Anda bisa dan kami akan menyelesaikannya nanti,” tambah Paul ke The Guardian.
Kesampingkan Aturan, Kongres Dilangkahi Demi Persenjataan Israel
Pada akhir Oktober, Gedung Putih mengirimkan permintaan anggaran tambahan ke Kongres yang mencakup penghapusan pembatasan semua kategori senjata dan amunisi yang boleh diakses Israel dari WRSA-I.
“Sebuah proposal dalam permintaan legislatif kepada Kongres untuk mengenyampingkan pemberitahuan Kongres sepenuhnya untuk Penjualan Militer Asing (FMF/funded Foreign Military Sales) atau Kontrak Komersial Langsung, belum pernah terjadi sebelumnya dalam pengalaman saya […] Terus terang, [itu] merupakan penghinaan terhadap hak prerogatif pengawasan Kongres,” kata Josh Paul tentang celah hukum yang terkubur di lebih dari 40 halaman legalisasi legislatif.
Meskipun tidak ada transparansi mengenai kategori dan jumlah senjata yang diberikan AS kepada Israel, laporan Axios pada Oktober, merinci kalau Washington memberikan peluru artileri 155 mm kepada sekutunya.
Amunisi yang tidak terarah ini, tersedia dalam jumlah besar di WRSA-I, dianggap sangat berbahaya karena “akurasinya sangat lemah jika dibidik dari jarak jauh.
"Sehingga meningkatkan kemungkinan warga sipil dan infrastruktur sipil terkena peluru yang salah,” menurut Marc Garlasco, mantan peneliti PBB untuk kejahatan perang.
CNN mengungkapkan awal bulan ini kalau penilaian intelijen AS menetapkan sekitar 40-45 persen dari lebih dari 29.000 amunisi udara-ke-darat yang digunakan Israel di Gaza adalah amunisi tidak terarah.
"Penggunaan amunisi yang tidak terarah oleh Israel di salah satu tempat terpadat di dunia telah dengan cepat mengubah Gaza menjadi kampanye militer paling mematikan dalam sejarah modern, dengan tingkat kematian tidak kurang dari 355 warga sipil per hari – sekitar 70 persen di antaranya adalah perempuan dan anak-anak," tulis TC.
(oln/tg/axs/tc/*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.