Pasokan Barat Seret, Senjata Ukraina Hampir Habis, 'Serangan Kami Hanya Dibalas Satu Dua Peluru'
Hal itu diungkapkan Konstantin Gavrilov, ketua delegasi Rusia pada perundingan Wina mengenai keamanan militer dan pengendalian senjata, pekan lal
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Rusia meyakini persediaan musuhnya, Ukraina kini telah habis.
Hal itu diungkapkan Konstantin Gavrilov, ketua delegasi Rusia pada perundingan Wina mengenai keamanan militer dan pengendalian senjata, pekan lalu.
Ukraina saat ini tergantung pada pasokan dunia Barat, sehingga pada saat pasokannya seret akan sangat berpengaruh terhadap persenjataan Ukraina.
Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Hari ke-676: Jelang Tahun Baru 2024, Rusia Bombardir Ukraina
Diplomat tersebut mengatakan dia tidak memperkirakan adanya “lonjakan” dalam pengiriman senjata oleh AS dan sekutunya.
“Stok Ukraina kosong. Persenjataan militer NATO dan AS kosong. Anda lihat apa yang terjadi di medan perang – Ukraina sudah merespons 10 atau 20 peluru kami hanya dengan beberapa peluru mereka sendiri," katanya.
Pada hari Jumat, Inggris menjanjikan pengiriman baru 200 rudal pertahanan udara ke Ukraina.
Mengomentari pengiriman tersebut, Menteri Pertahanan Inggris Grant Shapps berkata, “sekarang adalah waktunya bagi dunia bebas untuk bersatu dan melipatgandakan upaya kita untuk membuat Ukraina mendapatkan apa yang mereka butuhkan untuk menang.”
Awal pekan ini, AS juga mengumumkan sejumlah bantuan militer lainnya senilai hingga $250 juta, termasuk berbagai jenis rudal, peluru artileri, dan amunisi senjata ringan.
The Washington Post melaporkan awal bulan ini bahwa Kiev mengalami kekurangan amunisi yang parah, sementara Moskow tampaknya tidak mengalami masalah yang sama.
Pasukan Ukraina mengatakan kepada outlet tersebut bahwa mereka menembakkan sekitar 10-20 peluru sehari, turun dari 50 peluru pada awal konflik.
Baca juga: 21 Orang Tewas Ketika Rudal Ukraina Hantam Kota Belgorod Rusia
Jumlah bantuan militer Barat ke Kiev telah menurun dalam beberapa bulan terakhir.
Di AS, anggota parlemen Partai Republik menolak upaya pemerintahan Presiden Joe Biden untuk memberikan tambahan bantuan sebesar $60 miliar untuk Kiev, sementara Hongaria telah memveto paket bantuan Uni Eropa senilai €50 miliar ($55 miliar) yang direncanakan untuk Ukraina selama empat tahun.
Moskow telah berulang kali memperingatkan bahwa pengiriman senjata ke Kiev oleh AS dan sekutunya tidak akan menghalangi mereka mencapai tujuan operasi militernya, namun hanya meningkatkan risiko konfrontasi langsung antara Rusia dan NATO.
Menurut para pejabat Rusia, penyediaan senjata, pembagian intelijen, dan pelatihan pasukan Ukraina berarti bahwa negara-negara Barat secara de facto telah menjadi pihak dalam konflik tersebut.