Bos Hamas Saleh al-Arouri Pernah Singgung Ingin Mati Syahid, Kini Tewas akibat Drone Israel
Bos Hamas Saleh al-Arouri pernah menyinggung keinginannya soal mati syahid. Menurutnya, ia sudah hidup terlalu lama.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Whiesa Daniswara
Setelah dibebaskan pada 2010, al-Arouri terpilih sebagai anggota biro politik Hamas.
Al-Arouri adalah salah satu negosiator Hamas untuk menyelesaikan kesepakatan pertukaran tahanan pada 2011 dengan Israel melalui mediasi Mesir.
Sebagai bagian dari perjanjian tersebut, Gilad Shalit, seorang tentara Israel yang ditawan oleh Hamas, dibebaskan dengan imbalan pembebasan 1.027 tahanan Palestina dari penjara Israel.
Pada 31 Juli 2021, al-Arouri terpilih kembali menjadi wakil kepala biro politik Hamas untuk kedua kalinya.
Selain jabatan tersebut, ia juga berperan sebagai pemimpin gerakan di Tepi Barat.
Pada 9 Oktober 2017, ia terpilih kembali sebagai wakil kepala biro politik.
Selanjutnya, al-Arouri terpilih menjadi ketua Hamas wilayah Tepi Barat pada 4 Juli 2021.
Di bulan November 2018, Departemen Luar Negeri AS mengalokasikan hadiah sebesar 5 juta dolar AS bagi informasi terkait ke alArouri, bersama para pemimpin kelompok Hizbullah Lebanon.
Departemen Keuangan AS telah memasukkannya ke dalam daftar terorisme sejak 2015.
Surat kabar Israel, Yedioth Ahronoth, melaporkan pada 25 Oktober, enam pemimpin Hamas berada "di garis bidik Israel," termasuk al-Arouri.
Tentara Israel menyerbu rumah al-Arouri pada 31 Oktober di kota Arura dekat Ramallah di Tepi Barat.
Penggerebekan tersebut terjadi setelah berhari-hari operasi besar-besaran terhadap aktivis Hamas di kota tersebut, menjadikan rumahnya sebagai pusat investigasi.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)