Populasi di China Merosot 2 Tahun Berturut-turut, Tahun 2023 jadi Rekor Paling Rendah
Biro Statistik Nasional China mencatat penurunan populasi di tahun 2023 selama dua tahun berturut-turut. Di tahun 2023 menjadi penurunan yang terendah
Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Populasi di China kembali mengalami penurunan selama dua tahun berturut-turut.
Penurunan populasi ini membuat China terbebani dengan prospek pertumbuhan jangka panjang negara.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah, termasuk memudahkan prosedur pendaftaran tempat tinggal dan mendorong keluarga untuk memiliki lebih banyak anak.
Dikutip dari Nikkei Asia, Biro Statistik Nasional China telah mencatat total populasi turun sekitar 2,08 juta menjadi 1,409 miliar pada akhir tahun 2023.
Menurut data tersebut, penurunan di tahun 2023 menjadi lebih besar dibandingkan tahun 2022 yang mencatat 850.000.
Penurunan populasi di tahun 2022 menjadi penurunan pertama sejak 1961, ketika China mengalami kelaparan besar di bawah kepemimpinan Mao Zedong.
Angka kelahiran pada 2023 sebesar 6,39 per 1.000 penduduk, memperbarui rekor terendah setelah tercatat 6,77 kelahiran per 1.000 penduduk di tahun 2022.
Sementara itu, angka kematian di Tiongkok mencapai 7,87 per 1.000 orang, menyusul pencabutan pembatasan Covid-19 pada 2022.
Angka ini naik dari 7,37 kematian per 1.000 orang pada 2022.
Meski pemerintah belum merilis jumlah kematian akibat kebijakan Covid-19, namun Pusat Kanker Fred Hutchinson AS memperkirakan terdapat 1,87 juta kematian antara Desember 2022 dan Januari 2023.
"Masih belum jelas sampai sejauh mana data resmi yang dirilis secara akurat mampu mencatat angka kematian akibat Covid-19 di China, mengingat keseluruhan nada optimis yang ingin diproyeksikan oleh laporan resmi ini," kata ahli demografi China di Universitas Michigan, Yun Zhou.
Baca juga: Populasi di Jepang Semakin Memprihatinkan, 1 dari 10 Orang Berusia 80 Tahun ke Atas
Angka kelahiran di negara ini telah menurun drastis selama beberapa dekade akibat kebijakan satu anak yang diterapkan pada 1980 hingga 2015 dan pesatnya urbanisasi pada periode tersebut.
Seperti halnya ledakan ekonomi yang terjadi sebelumnya di Jepang dan Korea Selatan, banyak penduduk yang pindah dari pertanian di pedesaan Tiongkok ke kota-kota, karena biaya memiliki anak lebih mahal.
Angka kelahiran di Jepang adalah 6,3 per 1.000 orang pada tahun 2022, sedangkan angka kelahiran di Korea Selatan adalah 4,9.