Raja Yordania Wanti-wanti, Agresi Militer Israel di Tepi Barat Bisa Bikin Perang Besar Meledak
Tepi Barat menjadi wilayah yang secara geografis berbatasna langsung dengan wilayah Yordania. Gelombang pengungsi Palestina jadi sinyal perang Israel
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Raja Yordania Abdullah II Wanti-wanti, Agresi Militer Israel di Tepi Barat Bisa Bikin Perang Besar Meledak
TRIBUNNEWS.COM - Raja Yordania Abdullah II memperingatkan Israel eskalasi agresi militer di wilayah pendudukan al-Quds dan Tepi Barat dapat menyebabkan kekacauan dan ledakan perang besar di kawasan.
Sementara menyoroti eskalasi di Tepi Barat, Raja Yordania juga menekankan perlunya gencatan senjata di Gaza.
Pandangan tersebut di sampaikan saat melakukan panggilan telepon dengan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, di mana ia juga menyatakan penghargaan atas upaya Kanada dalam menyalurkan bantuan ke Jalur Gaza.
Baca juga: Nyamar Jadi Dokter, Penampakan Pasukan Khusus Israel yang Tembak Warga Palestina di Rumah Sakit
Sebagai konteks, seperti Mesir, Yordania juga menjadi negara tetangga yang cemas aksi Israel akan mendorong gelombang pengungsi Palestina melintasi batas teritorial demi keselamatan diri.
Baik Mesir maun Yordania sudah sering mengumbar peringatan dari aksi ini, bentuk apapun dari pengusiran warga Palestina oleh Israel adalah garis merah dari masalah keamanan negara mereka.
Tepi Barat menjadi wilayah yang secara geografis berbatasna langsung dengan wilayah Yordania.
Raja Yordania juga menekankan “perlunya meningkatkan upaya untuk menjamin pengiriman bantuan kemanusiaan dan bantuan yang cukup dan berkelanjutan ke Gaza,” menurut keterangan Pengadilan Kerajaan Hashemite, kantor penghubung administratif dan politik antara Raja Yordania dan negara Yordania yang mencakup otoritas konstitusional, Angkatan Bersenjata, dan Layanan Keamanan.
Baca juga: PM Yordania: Pengusiran Warga Palestina dari Gaza Kami Anggap Sebagai Deklarasi Perang
Raja Abdullah: UNRWA Mainkan Peranan Penting dalam Pengiriman Bantuan ke Gaza
Sabtu lalu, para negara donor Barat memutuskan untuk menghentikan dan memotong dana untuk organisasi bantuan UNRWA, badan pengungsi Palestina PBB, setelah Israel melontarkan tuduhan kolaborasi 12 staf organisasi tersebut dengan kelompok Perlawanan Palestina.
Amerika Serikat dan Kanada adalah negara pertama yang melakukan langkah ini, diikuti oleh Inggris, Jepang, Australia dan Jerman di antara 12 negara Eropa lainnya.
UNRWA memperingatkan, jika pendanaannya tidak dilanjutkan, maka mereka tidak akan dapat melanjutkan operasi di Gaza dan seluruh wilayah setelah akhir bulan Februari.
Sementara itu, Juru Bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan PBB tidak memiliki strategi alternatif untuk mengamankan pendanaan bagi UNRWA.
Baca juga: ICJ Larang Israel Lakukan Genosida, AS Tarik Dana dari UNRWA, Rusia-China Ambil Alih Pendanaan Gaza?
Terkait situasi itu, Raja Abdullah menegaskan kembali “peran penting UNRWA dalam memberikan bantuan kepada lebih dari 2 juta warga Palestina di Gaza, yang memerlukan dukungan bagi badan tersebut agar dapat terus memberikan layanan penting sesuai dengan mandat PBB.”
Di bagian lain pembicaraan, ia menegaskan kembali perlunya mencapai perdamaian berdasarkan konsep “solusi dua negara”, dan menambahkan kalau kawasan ini tidak akan stabil kecuali penyelesaian konflik tercapai.
Dalam laporan terbarunya, Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza mengonfirmasi, pendudukan Israel telah menewaskan 27.019 orang dan melukai 66.139 lainnya sejak mereka melancarkan perang di Jalur Gaza pada Oktober lalu.
Kementerian juga memperingatkan, ribuan orang masih berada di bawah reruntuhan, sementara warga Palestina yang menjadi korban dan terluka masih belum tertangani di beberapa wilayah sekitar Gaza, di mana tentara Israel telah menghalangi para pekerja kemanusiaan untuk melaksanakan tugas mereka.
(oln/almydn/*)