Mantan Anggota Houthi Ungkap Kegagalan AS Tangani Krisis Laut Merah: Biden Salah Langkah Sejak Awal
Seorang mantan anggota Houthi memberikan peringatan keras kepada AS setelah berminggu-minggu upaya gagal mencegah serangan kelompok Houthi.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Bobby Wiratama
TRIBUNNEWS.COM - Amerika Serikat dan Inggris berusaha melawan serangan Houthi yang tak henti-hentinya di Laut Merah selama berminggu-minggu, dengan menyerang rudal, radar, kendali darat, serta komando dan kendali mereka.
Namun strategi itu tampaknya menjadi bumerang.
Kelompok Houthi belum menghentikan serangan mereka di Laut Merah.
Hal itu dikarenakan, AS memiliki titik buta dalam menanggapi Houthi, menurut mantan anggota gerakan Houthi, Ali Albukhaiti dalam sebuah wawancara eksklusif dengan The Daily Beast.
Albukhaiti menyebut cara pemerintahan Joe Biden untuk menghalangi kelompok Houthi telah salah langkah sejak awal.
Bukannya membuat Houthi tertarik untuk menghentikan serangan mereka, tindakan pemerintahan Biden kemungkinan besar telah menginspirasi Houthi untuk melakukan serangan lebih banyak atau lebih besar, kata Albukhaiti.
“Pertama-tama, Houthi, mereka bersemangat dengan gagasan bahwa mereka sedang berperang melawan Amerika Serikat,” kata Albukhaiti, yang dulunya adalah juru bicara Houthi.
“Pendekatan yang ada saat ini kemungkinan besar akan berakhir dengan... mereka mampu memobilisasi lebih banyak orang.”
Albukhaiti memperingatkan bahwa Amerika sedang kesulitan untuk menghentikan serangan-serangan tersebut karena mereka menargetkan artileri yang mudah diganti.
“Kemampuan mereka (AS) hanyalah kemampuan untuk terus meluncurkan rudal,” kata Albukhaiti.
“Artileri Houthi dapat digantikan, sangat mobile, dan dapat digantikan melalui gelombang penyelundupan dan pengiriman senjata yang dipasok oleh Iran.”
Baca juga: Ancaman Keras Houthi pada Israel Jika Rafah Diserang: Jalan Kami adalah Eskalasi
Kelompok Houthi telah melakukan serangan terhadap kapal dan awak kapal internasional di Laut Merah sejak Israel melancarkan perangnya di Gaza, menyusul serangan Hamas pada 7 Oktober terhadap Israel.
Houthi telah melancarkan setidaknya 41 serangan sejauh ini.
Mereka mengatakan hanya akan berhenti jika Israel mengakhiri perangnya di Gaza.