Perang Seret Israel ke Krisis Ekonomi, Begini Reaksi Panik Netanyahu dan Pentolan Keuangan Tel Aviv
Rasio utang terhadap PDB Israel, kata Moody's, tampaknya akan mencapai puncaknya pada 67% pada tahun 2025
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Perang Gaza Seret Israel ke Krisis Ekonomi, Begini Reaksi Panik Netanyahu dan Pentolan Keuangan Tel Aviv
TRIBUNNEWS.COM - Perang Gaza dalam dalih upaya Israel memberantas gerakan perlawanan Palestina, Hamas, secara nyata menyeret Tel Aviv ke dalam krisis ekonomi.
Lembaga pemeringkat kelayakan kredit asal Amerika Serikat (AS), Moody's, Jumat pekan lalu bahkan menurunkan peringkat Israel dari A1 menjadi A2.
Publik negara pendudukan itu bereaksi negatif penuh kritik dan kecaman.
Surat kabar Israel, Haaretz dalam editorialnya bahkan mengatakan kepercayaan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Keuangannya Bezalel Smotrich "mendekati nol".
Baca juga: Habiskan Rp 915 T di Gaza Lawan Hamas, Israel Malah Bikin Brigade Jenin Makin Galak di Tepi Barat
Peringkat Israel dari A1 ke A2, Apa Artinya?
Moody's merupakan satu di antara lembaga pemeringkat dunia yang sering dijadikan standar dan dorongan bagi sebuah negara untuk mereformasi kebijakan, memperbaiki fiskal, dan moneter.
Secara sederhana, lembaga ini mengukur kemampuan bayar sebuah perusahaan atau negara terhadap utang-utangnya.
Fungsi utama lembaga pemeringkat ini adalah memberikan rekomendasi ke para investor dalam bentuk rating.
Moody's menerbitkan peringkat atas utang jangka pendek dan jangka panjang, mencakup kekuatan ekonomi (GDP per kapita), kekuatan institusional, kekuatan finansial pemerintah, serta kerentanan terhadap event yang menuai risiko dan beban utang.
Peringkat tertinggi dalam pemeringkatan Moody's adalah Aaa, dilanjutkan dengan Aa1, Aa2, dan Aa3 yang mengindikasikan obligasi berkualitas terbaik dengan risiko yang sangat kecil.
Di bawah kategori ini, ada peringkat A1, A2, A3 yang berarti obligasi level menengah dengan risiko kecil.
Peringkat paling rendah adalah C, obligasi sangat buruk dan cenderung gagal bayar.
Pemeringkatan ini penting sebagai pertimbangan dalam menanamkan modal ke sebuah negara.
Jika rating semakin menurun, artinya kepercayaan kepada bank semakin buruk. Hal ini menyebabkan para peminjam modal enggan menyalurkan dana lebih besar ke pembuat obligasi.