Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Perang Seret Israel ke Krisis Ekonomi, Begini Reaksi Panik Netanyahu dan Pentolan Keuangan Tel Aviv

Rasio utang terhadap PDB Israel, kata Moody's, tampaknya akan mencapai puncaknya pada 67% pada tahun 2025

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Perang Seret Israel ke Krisis Ekonomi, Begini Reaksi Panik Netanyahu dan Pentolan Keuangan Tel Aviv
RONEN ZVULUN / POOL / AFP
(Kiri ke Kanan) Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich menghadiri konferensi pers di kantor Perdana Menteri di Yerusalem pada 25 Januari 2023. 

Netanyahu cenderung meremehkan penurunan peringkat Israel oleh Moody's dan mengklaim penurunan peringkat kredit tidak ada hubungannya dengan anggaran yang buruk, defisit, atau kegagalan manajemen pribadinya, melainkan akibat perang.

“Perekonomian Israel kuat. Penurunan peringkat tidak ada hubungannya dengan perekonomian, hal ini sepenuhnya disebabkan oleh fakta bahwa kami sedang dalam perang,” kata Netanyahu pada Sabtu (10/2/2024).

Netanyahu, menambahkan, “Peringkat akan kembali naik saat kami menang perang — dan kami akan memenangkan perang."

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. (Tangkap Layar/JN)

Rasio Utang Terhadap PDB Israel Capai Puncaknya pada 2025

Gubernur Bank of Israel, Amir Yaron pada Minggu juga menyatakan, perekonomian negaranya kuat dan akan pulih dari dampak perang.

Meski begitu, dia mendesak pemerintah Israel untuk mengatasi masalah yang diangkat oleh Moody's setelah badan tersebut menurunkan peringkat kredit negara Israel.

"Untuk meningkatkan kepercayaan pasar dan perusahaan pemeringkat di Israel, penting bagi pemerintah dan Knesset untuk mengatasi masalah ekonomi yang diangkat dalam laporan tersebut,” kata Yaron.

“Kami tahu bagaimana memulihkan masa-masa sulit di masa lalu dan dengan cepat kembali ke kemakmuran, dan perekonomian Israel memiliki kekuatan untuk memastikan bahwa hal yang sama akan terjadi saat ini juga,” katanya.

Berita Rekomendasi

Yaron, sejak serangan Banjir Al Aqsa Hamas pada 7 Oktober, telah mendesak pemerintah untuk menjaga disiplin fiskal dan memangkas pengeluaran untuk barang-barang yang tidak terkait dengan perang pembalasan Israel terhadap kelompok tersebut di Gaza.

Sejak memangkas peringkat Israel pada Jumat pekan lalu, Moody's diketahui tetap melabeli prospek kredit Israel pada kategori negatif, yang berarti penurunan peringkat lebih lanjut terhadap Israel potensial akan terus terjadi.

Moody's mengutip risiko politik dan fiskal yang signifikan dari perang tersebut, dan menambahkan bahwa "defisit anggaran Israel akan jauh lebih besar dari perkiraan sebelum konflik."

Penurunan peringkat tersebut, jika berkepanjangan atau mengarah pada tindakan serupa lebih lanjut, akan meningkatkan biaya pinjaman bagi Israel dan dapat menyebabkan pemotongan anggaran dan kenaikan pajak untuk menjaga agar defisit anggaran tidak terkendali.

Rasio utang terhadap PDB Israel, kata Moody's, tampaknya akan mencapai puncaknya pada 67 persen pada tahun 2025, dibandingkan 62,1 persen pada tahun 2023.

"Namun, rasio tersebut jauh lebih tinggi di masa lalu selama periode krisis ekonomi bagi Israel, tetapi tidak pernah ada penundaan dalam pembayaran utang pemerintah,” kata Yaron.

Bulan lalu, S&P Ratings, lembaga sejenis Moody's, mengatakan ke Reuters bahwa pihaknya bisa menurunkan peringkat kredit Israel jika perang dengan Hamas meluas ke bidang lain.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas