Perang Seret Israel ke Krisis Ekonomi, Begini Reaksi Panik Netanyahu dan Pentolan Keuangan Tel Aviv
Rasio utang terhadap PDB Israel, kata Moody's, tampaknya akan mencapai puncaknya pada 67% pada tahun 2025
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Anggota parlemen Israel pekan lalu memberikan persetujuan awal terhadap revisi anggaran negara tahun 2024 yang menambahkan puluhan miliar syikal untuk membiayai perang dan memberi kompensasi kepada mereka yang terkena dampak.
Atas hal itu, peningkatan defisit anggaran tahun ini menjadi 6,6 persen PDB dari 2,25%.
Gambaran Krisis yang Bakal Dihadapi Israel
Dalam konteks yang sama, Haaretz menjelaskan, elemen paling spesifik bagi lembaga pemeringkat kredit adalah anggaran pemerintah.
Ulasan menekankan, kalau pemeringkatan Moody's khawatir kalau tren penurunan rasio utang terhadap PDB telah berbalik dan mulai meningkat.
Surat kabar tersebut mengaitkan peningkatan ini dengan anggaran 'sewenang-wenang' yang diajukan oleh Netanyahu dan Smotrich untuk tahun 2024, yang menciptakan defisit besar dan berbahaya karena kurangnya pemotongan yang diperlukan.
Mereka juga memperingatkan, pemeringkatan baru ini memerlukan biaya yang besar, karena suku bunga akan naik, yang berarti pendanaan utang publik, investasi, dan layanan bagi pemukim akan menjadi lebih mahal.
Menurut surat kabar Israel, bunga yang dibayarkan oleh perusahaan komersial akan meningkat, mengurangi aktivitas dan mengurangi pertumbuhan.
Selain itu, kenaikan suku bunga akan berdampak pada setiap rumah tangga, karena suku bunga hipotek akan naik, dan ada kemungkinan inflasi, penurunan nilai tukar syikal, dan penurunan standar hidup.
Menyinggung sikap Netanyahu yang meremehkan langkah badan tersebut, surat kabar tersebut secara sinis menggambahkan, “Dia [Netanyahu] hanyalah seorang pejalan kaki yang mendapati dirinya dalam posisi ini.”
(oln/*)