Sekelompok Pemuda Memulai Usaha Bisnis Roti Kecil-kecilan, Toko Roti Darurat Gaza di Tengah Perang
Sekelompok pemuda memulai bisnis roti kecil-kecilan di Gaza di tengah perang. Ahmad Lulu, salah satu pemuda yang memulai sebuah toko roti kecil.
Penulis: Muhammad Barir
Sekelompok Pemuda Memulai Usaha Bisnis Roti Kecil-kecilan, Toko Roti Darurat Gaza di Tengah Perang
TRIBUNNEWS.COM- Sekelompok pemuda memulai bisnis roti kecil-kecilan di Gaza di tengah perang.
Seperti dikutip dari Middle East Monitor, Ahmad Lulu, salah satu pemuda yang memulai sebuah toko roti kecil di Gaza di tengah perang.
Lulu menghadapi banyak kendala dalam mendapatkan bahan-bahan untuk membuat toko roti mereka di tengah kekurangan pasokan dan bantuan di Gaza.
Namun meskipun demikian, mereka tetap bisa menjaga harga tetap masuk akal bagi warga Gaza yang sedang kesulitan.
Toko roti darurat ini dibuat dengan stan kayu dan penutup plastik untuk melindunginya dari hujan, serta menawarkan berbagai macam kue kering.
Baca juga: Warga Palestina Makan Rumput, Minum Air yang Tercemar, Kelaparan Sedang Melanda Gaza
Kelaparan Sedang Melanda Gaza
Sebelumnya, seperti yang dilaporkan Tribunnews sejak awal bulan Februari ini, kelaparan sedang melanda Gaza.
Di beberapa lokasi lainnya di Gaza, masyarakat di Gaza utara terpaksa harus makan rumput untuk bertahan hidup dan meminum air yang tercemar.
Mohammed Hamouda, seorang ahli terapi fisik yang mengungsi ke Rafah, mengenang hari ketika rekannya, Odeh Al-Haw, terbunuh saat berusaha mencoba mendapatkan air untuk keluarganya.
Al-Haw sedang mengantri di sebuah stasiun air di kamp pengungsi Jabalya, di Gaza utara, ketika dia dan puluhan orang lainnya terkena bom yang dilakukan pemboman Israel, kata Hamouda.
“Sayangnya, banyak kerabat dan teman yang masih berada di Jalur Gaza utara, sangat menderita,” kata Hamouda, ayah tiga anak, seperti dikutip dari CNN. “Mereka makan rumput dan minum air yang tercemar.”
Blokade Israel dan pembatasan pengiriman bantuan menyebabkan persediaan bantuan yang bisa masuk sangat sedikit, membuat makanan tidak dapat diakses oleh orang-orang di seluruh Gaza.
Menurut PBB, kekurangan pasokan bahkan lebih buruk terjadi di bagian utara Jalur Gaza, tempat Israel memusatkan serangan militernya pada hari-hari awal perang.
Pemadaman komunikasi menghambat upaya untuk melaporkan kelaparan dan dehidrasi di wilayah tersebut.