Trauma Pertempuran Seif al-Quds, Israel Takut Ramadan yang Meledak-ledak di Seluruh Area Pendudukan
ada kekhawatiran di kalangan keamanan Israel,jika resolusi gencatan senjata tidak tercapai sebelum Ramadhan, eskalasi terjadi di wilayah pendudukan
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Trauma Pertempuran Seif al-Quds, Israel Takut Ramadan yang Meledak-ledak di Seluruh Area Pendudukan
TRIBUNNEWS.COM - Eskalasi terbaru yang terjadi di Tepi Barat potensial akan membesar dan menyebar ke seluruh wilayah pendudukan Israel.
Kekhawatiran itu menjadi sorotan dalam pemberitaan lembaga penyiaran publik Israel, Israel, Jumat (23/2/2024).
Laporan itu mengutip pernyataan yang menyiratkan kecemasan dari lembaga keamanan Israel mengenai masalah ini.
Baca juga: Serangan Perlawanan Palestina Kian Gencar, Israel Malah Mau Perluas Permukiman Ilegal di Tepi Barat
Kan mengatakan ketakutan mengenai kekerasan yang menyebar ke wilayah pendudukan Palestina berasal dari trauma Pertempuran Seif al-Quds pada tahun 2021.
Saat itu, peningkatan eskalasi terjadi di seluruh wilayah pendudukan Palestina yang mulai menyebar dari Tepi Barat yang diduduki.
Menurut saluran berita Israel, sumber keamanan Israel mengatakan mereka ingin kesepakatan gencatan senjata tercapai di Gaza sebelum Ramadan untuk mencegah eskalasi lebih lanjut yang jauh lebih besar.
Surat kabar Israel Haaretz mengutip sumber informasi yang mengatakan kalau proposal kesepakatan tahanan-tawanan akan matang sekitar Ramadan mendatang.
Laporan menambahkan bahwa Israel akan memanfaatkan minggu-minggu mendatang untuk melaksanakan rencana pertukaran tahanan itu sebelum bulan puasa datang.
Meskipun sumber tersebut menyatakan kalau komunikasi masih berlangsung, mereka mengatakan masih terlalu dini untuk menentukan apakah kedua belah pihak akan menerapkan kesepakatan atau menghentikannya ketika saatnya tiba.
Baca juga: Israel Mundur dari Perjanjian Gencatan Senjata, Hamas: Kawasan Ini Tak Akan Tenang
Para pejabat Israel kesulitan memprediksi bagaimana Benjamin Netanyahu akan bertindak pada “saat yang tepat” atau apakah ia akan membatalkan kesepakatan dengan Hamas karena “alasan politik, keamanan, dan pribadi,” jelas sumber tersebut.
'Takut akan Ramadhan yang 'Meledak-ledak'
Otoritas militer dan intelijen Israel telah menyatakan keprihatinannya terkait bulan Ramadan yang akan datang.
Mereka merekomendasikan agar pihak berwenang Israel melonggarkan tindakan terhadap warga Palestina di Tepi Barat dan al-Quds (Yerusalem) yang diduduki.
Bulan suci Ramadan akan dimulai pada awal Maret tahun ini, dan bulan suci ini identik dengan beberapa momen yang dirayakan umat Islam.
Baru-baru ini, rezim keamanan Israel sangat membatasi masuknya warga Palestina ke salah satu situs paling suci, Masjid al-Aqsa, di al-Quds yang diduduki.
Langkah ini dilakukan seiring dengan meningkatnya penindasan sistematis terhadap warga Palestina di wilayah pendudukan, termasuk kampanye penahanan skala besar dan pembunuhan terhadap warga Palestina di Tepi Barat.
Baca juga: Di Bawah Perlindungan IDF, Pemukim Israel Serang Kota Burqa: Bakar Rumah-Kendaraan Warga Palestina
"Dalam konteks ini, para pejabat militer dan intelijen Israel telah merekomendasikan agar pembatasan dilonggarkan, karena khawatir kalau"Hamas akan memanfaatkan waktu paling penting bagi umat Islam, sebagai kesempatan untuk mengobarkan [Tepi Barat]," Yoav Zitun, analis urusan militer untuk Israel. Situs berita Israel Ynet, menulis.
Baca juga: Intelijen Israel Cemas Hamas Meledak dan Kobarkan Api Perang di Tepi Barat Saat Bulan Suci Ramadan
Inti perdebatan di level pengambil keputusan Israel adalah boleh tidaknya mengizinkan pekerja Palestina masuk ke-48 wilayah pendudukan.
Menurut Zitun, pihak berwenang Israel sedang mendiskusikan proses untuk mengizinkan 100.000 warga Palestina memasuki wilayah pendudukan.
Ribuan keluarga Palestina mencari peluang kerja di wilayah-wilayah pendudukan, karena memburuknya kondisi ekonomi di Tepi Barat dan Jalur Gaza yang diduduki, yang merupakan akibat langsung dari pendudukan Israel di Palestina.
Sejak Israel melancarkan agresinya di Jalur Gaza, mereka juga melarang semua pekerja Palestina memasuki 48 wilayah pendudukan.
Respons Israel terhadap Proposal Perjanjian Gencatan Senjata
Sumber-sumber Palestina mengungkapkan kepada Al Mayadeen sebelumnya kalau tanggapan Israel terhadap proposal gencatan senjata Perlawanan, yang melibatkan rencana tiga tahap dengan permintaan beberapa konsesi namun tidak mencakup penarikan seluruh pasukan Israel.
Tahap pertama, menurut sumber tersebut, akan terdiri dari gencatan senjata selama 35 hari dan kemungkinan diperpanjang selama tujuh hari berikutnya.
Tahap kedua bisa berlangsung selama 30 hari, tambah sumber tersebut, seraya mencatat bahwa tahap ketiga tidak memiliki jangka waktu yang ditentukan.
Mengenai klausul penarikan pasukan, sumber tersebut menyatakan bahwa Israel meminta penggantian kata "berpenduduk" dengan berpenduduk padat untuk menunjukkan bahwa pasukan akan tetap ditempatkan di daerah yang tidak berpenghuni.
Mereka lebih lanjut mengatakan, Israel juga memperbaiki klausul tentang rehabilitasi rumah sakit tetapi tidak membangunnya kembali.
Selain itu, mereka sepakat untuk menunda serangan udara di Gaza hanya selama enam jam setiap hari.
(oln/almydn/*)