Israel Berencana Bangun 3.500 Rumah Pemukiman Baru di Tepi Barat, Tuai Kecaman Yordania
Yordania menilai rencana Israel melemahkan upaya perdamaian dan pembentukan negara Palestina.
Penulis: Nuryanti
Editor: Garudea Prabawati
Sedangkan, rumah di Efrat menerima persetujuan perencanaan akhir sebelum konstruksi.
Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, yang berada di bawah naungan subkomite tersebut, telah menyusun perluasan terbaru pada 22 Februari 2024.
Diketahui, para pemimpin pemukiman telah mendorong komite tersebut untuk bersidang guna membahas persetujuan rumah baru di pemukiman Tepi Barat.
Menurut laporan media berbahasa Ibrani, dewan tersebut belum bertemu sejak bulan Juni, karena perang Israel-Hamas di Gaza.
Di sisi lain, mayoritas komunitas internasional, termasuk masyarakat Palestina, menganggap pembangunan pemukiman ilegal atau tidak sah dan merupakan hambatan bagi solusi dua negara.
Lebih dari 500.000 warga Israel kini tinggal di Tepi Barat, yang direbut oleh Israel pada 1967 dan dicari oleh Palestina untuk dijadikan negara masa depan.
Israel merebut Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan Jalur Gaza dalam perang Arab-Israel tahun 1967 dan permukiman di wilayah Palestina adalah ilegal menurut hukum internasional.
Baca juga: Lagi-lagi Afrika Selatan Sentil ICJ, Darurat Tak Usah Pakai Sidang Segera Hukum Israel
Pengumuman Smotrich pada 22 Februari tentang pembaruan pembangunan Tepi Barat menimbulkan kemarahan dari pemerintahan Joe Biden.
Meski mendapat tentangan dari luar negeri, Israel dalam beberapa dekade terakhir telah membangun puluhan permukiman di Tepi Barat.
Kini wilayah itu menjadi rumah bagi lebih dari 490.000 warga Israel, yang tinggal bersama sekitar tiga juta warga Palestina di wilayah tersebut.
Update Perang Israel-Hamas
Israel secara konsisten dan tanpa dasar memblokir operasi bantuan untuk Gaza, bahkan ketika daerah kantong tersebut semakin dilanda kelaparan.
Seruan untuk memperbolehkan lebih banyak bantuan ke Jalur Gaza semakin keras ketika para pejabat kesehatan melaporkan total 20 orang kini telah meninggal karena kekurangan gizi dan dehidrasi.
Baca juga: Pembicaraan Gencatan Senjata, Hamas Ungkap Perundingan di Mesir Berlanjut Meski Israel Tidak Hadir
Afrika Selatan meminta tindakan tambahan, perintah gencatan senjata segera dari Mahkamah Internasional untuk mencegah kelaparan skala penuh di Gaza.
Serangan terhadap kapal kargo yang diklaim Houthi menyebabkan kematian pertama sejak kelompok tersebut memulai serangan terhadap kapal Laut Merah sebagai tanggapan terhadap perang Israel di Gaza.
Setidaknya 30.717 warga Palestina telah tewas dan 72.156 luka-luka dalam serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Jumlah korban tewas di Israel akibat serangan Hamas 7 Oktober mencapai 1.139 orang.
(Tribunnews.com/Nuryanti)