Perpecahan di Dalam Kabinet Perang Israel, PM Benjamin Netanyahu dan Menteri Benny Gantz Tak Sejalan
Analis berikan pandangannya mengenai keretakan di dalam kabinet perang Israel. PM Benjamin Netanyahu dan menteri Benny Gantz tak sejalan.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Febri Prasetyo
Hazan mengatakan Gantz melakukan perjalanan ke Washington dan London dalam upaya untuk menunjukkan bahwa ia memiliki profil yang tepat untuk menjadi calon perdana menteri di masa depan.
Gantz bertemu dengan Wakil Presiden AS Kamala Harris sehari setelah Harris menyampaikan beberapa kritik paling pedas AS terhadap Israel sejak perang.
Selain menyerukan gencatan senjata, Harris juga menyuarakan keprihatinan pemerintah AS atas krisis kemanusiaan di Gaza.
Ia mendesak Israel untuk mengambil tindakan tambahan untuk meningkatkan aliran bantuan.
Israel berjanji untuk melenyapkan Hamas setelah serangan tanggal 7 Oktober yang mengakibatkan kematian sekitar 1.160 orang, menurut hitungan resmi AFP.
Pemboman Israel terhadap Gaza telah menyebabkan lebih dari 30.700 orang tewas dalam lima bulan perang, dan menyebabkan kehancuran yang luas.
Badan-badan PBB juga telah memperingatkan meningkatnya ancaman kelaparan ketika bantuan kesulitan untuk menjangkau warga di Gaza yang membutuhkan.
Presiden AS Joe Biden dan Netanyahu berada dalam konflik terbuka ketika Gedung Putih menekan pemimpin Israel untuk tidak melanjutkan jatuhnya korban sipil dalam jumlah besar di Gaza, kata Hazan.
"Gantz lebih dekat dengan Amerika"
“Gantz tidak seperti Netanyahu, dia lebih dekat dengan sikap Amerika setelah perang," kata Hazan.
"Gantz adalah rekan yang lebih nyaman bagi Washington, lebih terbuka untuk berdialog dengan mitra moderat di kawasan dan lebih terbuka mengenai peran yang dapat dimainkan oleh Otoritas Palestina di Gaza setelah perang," tambah Plesner.
Pekan lalu, Gantz memuji usulan Yoav Gallant untuk mereformasi dinas militer agar dapat memasukkan warga Yahudi ultra-Ortodoks, yang saat ini dikecualikan karena alasan agama.
Namun pengumuman tersebut sangat mengguncang politik Israel dan dianggap oleh beberapa media Israel sebagai tantangan dari Gallant kepada Netanyahu, karena keduanya berasal dari partai yang sama.
Usulan tersebut merupakan sebuah kejutan politik dan memaksa perdana menteri berada dalam situasi yang sulit, karena dua partai utama yang mewakili Yahudi ultra-Ortodoks dapat menggulingkan koalisinya yang berbahaya kapan saja.
"Netanyahu sedang berupaya untuk menghindari pemilu dini, yang akan menguntungkan Gantz dengan cara apa pun," kata Plesner.