Sepagian Sudah 100 Roket Hizbullah Luncurkan ke Israel: 30 Roket Gelombang Kedua Tanpa Sirine
Pada gelombang kedua ini, Hizbullah melepaskan sekitar 30 roket, menjadikan total serangan pada Selasa (12/3/2024) pagi menjadi 100 roket.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Total Hari Ini 100 Roket, HIzbullah Kirim 30 Rudal Gelombang Kedua Serangan dari Lebanon ke Israel
TRIBUNNEWS.COM - Media Israel melaporkan, kelompok Hizbullah Lebanon diduga kembali meluncurkan rentetan gelombang kedua serangan roket yang ditembakkan ke Israel dari Lebanon.
Pada gelombang kedua ini, Hizbullah melepaskan sekitar 30 roket, menjadikan total serangan pada Selasa (12/3/2024) pagi menjadi 100 roket.
Baca juga: Operasi Steady Anchor, Tentara Israel Siapkan Rencana Darurat Perang Besar-besaran Lawan Hizbullah
Times of Israel menyatakan, sirene tidak berbunyi pada gelombang serangan kedua ini karena roket menghantam area terbuka.
Laporan media berbahasa Ibrani menyebut, tidak ada laporan cedera atau kerusakan.
"Tembakan roket besar-besaran terjadi setelah Pasukan Israel (IDF) mengkonfirmasi kalau mereka melakukan serangan jauh (ke dalam perbatasan) di Lebanon," tulis laporan tersebut.
IDF menyatakan kalau jet-jet tempur menghantam beberapa lokasi yang digunakan oleh Hizbullah.
Menurut pernyataan IDF, serangan tersebut menargetkan fasilitas milik unit pertahanan udara Hizbullah dan merupakan respons terhadap peluncuran drone bermuatan bahan peledak ke arah Dataran Tinggi Golan oleh kelompok tersebut baru-baru ini.
Israel Ancam akan Invasi Hizbullah di Lebanon
Sebelumnya, surat kabar Lebanon Al-Akhbar, yang dekat dengan Hizbullah, melaporkan Israel memberi tahu negara-negara Eropa tentang batas waktu negosiasi dengan Hizbullah sebelum meluncurkan operasi darat.
Israel memberi kesempatan untuk menyelesaikan ketegangan dengan Hizbullah melalui negosiasi hingga 15 Maret 2024.
Jika lewat dari batas waktu tersebut, maka Israel akan siap untuk meningkatkan operasi militer untuk perang skala penuh melawan Hizbullah.
Al-Akhbar mengutip sumber-sumber diplomatik Barat – yang namanya tidak disebutkan – bahwa pembicaraan Israel tentang tanggal tersebut meningkatkan kekhawatiran negara-negara Barat.
Sebelumnya, Prancis dan AS berupaya menerapkan Resolusi 1701 untuk memulai pengaturan perbatasan yang memberikan keamanan jangka panjang dan menjamin kembalinya para pengungsi di perbatasan Lebanon selatan dan Israel utara.
"Cara politik saja tidak cukup untuk melakukan pengamanan, meskipun pihak Amerika bersikeras untuk menyusun inisial perjanjian antara Beirut dan Tel Aviv," kata sumber itu kepada Al-Akhbar.