Perang Tak Juga Dimenangkan, Israel Umumkan Perintah Penambahan Masa Tugas Ribuan Tentara
langkah ini bertujuan agar IDF dapat terus bisa berperang dalam agresi militer ke Gaza yang sudah memasuki bulan ke enam.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Perang Tak Juga Dimenangkan, Israel Umumkan Perintah Penambahan Masa Tugas Ribuan Tentara
TRIBUNNEWS.COM - Media Israel, Channel 12 pada Sabtu (23/3/2024) mengkonfirmasi kalau tentara pendudukan Israel (IDF) telah mengeluarkan perintah perpanjangan masa tugas selama 4 bulan tambahan bagi ribuan tentara reguler mereka.
Laporan tersebut menjelaskan, langkah ini bertujuan agar IDF dapat terus mampu berperang dalam agresi militer ke Gaza yang sudah memasuki bulan ke enam.
Baca juga: Sebut Yahudi Terancam, Menteri Israel: Kami Akan Serbu Rafah Meski Seluruh Dunia Menentang
Terlepas dari bombardemen, pembantaian warga sipil, dan penghancuran total di Gaza, IDF sejauh ini dinyatakan belum mampu mencapai target perang yang mereka tetapkan, memberangus Hamas dan membebaskan sandera Israel yang berada di tangan Hamas.
Laporan tersebut menambahkan kalau langkah tentara pendudukan Israel memperpanjang masa tugas ribuah tentara mereka adalah upaya untuk "menghindari ketidakmampuan negara untuk memberikan layanan reguler bagi tentara, mengingat kontroversi mengenai undang-undang wajib militer."
Baca juga: Israel Gerah, Muncul Kabar Resign Massal di IDF: Tentara Karier Cemburu ke Tentara Cadangan
Butuh Ribuan Personel Tambahan
Perintah perpanjangan masa tugas ini muncul di tengah krisis personel yang dialami IDF.
Laporan yang telah beredar menyebut kalau tentara Israel “secara segera” membutuhkan tambahan 7.000 anggota, setengah dari mereka akan bertugas tempur dan tambahan 7.500 untuk posisi perwira dan bintara.
Namun, Departemen Keuangan Israel hanya menyetujui 2.500.
Terkait kontroversi undang-undang wajib militer, Mahkamah Agung Israel pada tahun 2018 membatalkan undang-undang yang memberikan pengecualian terhadap pria Yahudi ultra-Ortodoks dari wajib militer, dengan alasan perlunya beban dinas militer ditanggung bersama oleh seluruh masyarakat Israel.
Parlemen Israel gagal menghasilkan peraturan baru, sementara penangguhan wajib militer bagi pria Yahudi ultra-Ortodoks yang diberikan pemerintah berakhir pada Maret ini.
Perluas Layanan Wajib Militer
Terkait kebutuhan personel militer, Tentara Israel memang berencana untuk memperluas layanan wajib melalui perubahan undang-undang yang ada, sebuah media lokal melaporkan pada Rabu 8 Februari 2024 silam.
“Tentara Israel bermaksud, setelah perang yang terjadi di Jalur Gaza, untuk menuntut undang-undang yang memperpanjang wajib militer menjadi tiga tahun, yang juga akan berlaku bagi mereka yang sudah memulai wajib militer,” kata Radio Angkatan Bersenjata Israel di X.
Undang-undang potensial tersebut akan mencakup semua tentara laki-laki.
Radio tersebut mengatakan rancangan undang-undang tersebut juga mencakup “peningkatan usia pengecualian bagi tentara dari tugas cadangan dari 40 menjadi 45 tahun dan bagi perwira dari 45 menjadi 50 tahun serta meningkatkan masa tugas tentara cadangan setiap tahunnya.”
Menurut radio militer, perubahan tersebut akan memungkinkan reorganisasi jajaran tentara di lini depan dan pasukan tempur serta akan memfasilitasi kepatuhan penuh terhadap tugas-tugas operasional, sehingga meringankan beban pasukan cadangan di berbagai sektor.
Dikatakan perang di Gaza dan banyaknya korban jiwa telah menyebabkan berkurangnya jumlah prajurit di IDF.
Hukum Israel mewajibkan warga negara kecuali warga Arab dan Druze yang berusia di atas 18 tahun untuk menjalani wajib militer selama 24 bulan bagi perempuan dan 32 bulan bagi laki-laki.
Menurut data resmi, jumlah korban tewas tentara Israel sejak perang Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023 telah mencapai 563 orang, termasuk 226 perwira dan tentara yang tewas sejak dimulainya operasi darat di Jalur Gaza pada 27 Oktober.
Tentara Israel telah memanggil 300.000 tentara cadangan ketika perang diumumkan di Gaza dalam sebuah operasi yang digambarkan sebagai operasi terbesar dalam sejarah Israel, menurut pernyataan juru bicara militer Israel Daniel Hagari.
(oln/khbrn/anadolu/*)