Israel Peringatkan 4 Negara Eropa karena Rencana Mereka Buat Pengakuan Berdirinya Negara Palestina
Israel mengatakan kepada empat negara Eropa, pada hari Senin, bahwa rencana mereka untuk berupaya mencapai pengakuan Negara Palestina.
Penulis: Muhammad Barir
Israel Peringatkan 4 Negara Eropa karena Rencana Mereka Buat Pengakuan Berdirinya Negara Palestina
TRIBUNNEWS.COM- Israel mengatakan kepada empat negara Eropa, pada hari Senin, bahwa rencana mereka untuk berupaya mencapai pengakuan Negara Palestina merupakan hadiah bagi terorisme yang akan mengurangi kemungkinan negosiasi penyelesaian konflik antara negara bertetangga, menurut laporan Reuters.
Spanyol mengatakan pada hari Jumat bahwa, atas nama perdamaian Timur Tengah, pihaknya telah sepakat dengan Irlandia, Malta dan Slovenia untuk mengambil langkah pertama menuju pengakuan kenegaraan yang dideklarasikan oleh Palestina di Tepi Barat yang diduduki Israel dan di Jalur Gaza.
Gaza telah lama berada di bawah kekuasaan Hamas, yang menyerang Israel pada tanggal 7 Oktober, memicu perang dahsyat yang memicu kekerasan di Tepi Barat, tempat Israel memiliki pemukiman Yahudi yang luas.
“Pengakuan terhadap Negara Palestina setelah pembantaian 7 Oktober mengirimkan pesan kepada Hamas dan organisasi teroris Palestina lainnya bahwa serangan teror yang mematikan terhadap warga Israel akan dibalas dengan isyarat politik terhadap Palestina,” Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, mengatakan pada X.
“Penyelesaian konflik hanya dapat dilakukan melalui perundingan langsung antara para pihak. Keterlibatan apa pun dalam pengakuan Negara Palestina hanya akan menjauhkan pencapaian resolusi dan meningkatkan ketidakstabilan regional.”
Dia tidak merinci resolusi seperti apa yang ada dalam pikirannya. Israel, yang pemerintahan koalisinya mencakup kelompok sayap kanan pro-pemukiman, telah lama mengesampingkan negara Palestina.
Hal ini menyebabkan mereka berselisih dengan negara-negara Barat yang mendukung tujuan mereka mengalahkan Hamas namun menginginkan cetak biru diplomasi pascaperang.
(Sumber: Middle East Monitor)