Ngambek Netanyahu ke AS Kelar: IDF Segera Serbu Rafah, Israel Beli 40 Ribu Tenda dari China
Tentara Israel (IDF) memulai persiapan untuk melancarkan agresi militer darat di Rafah jika negosiasi pertukaran tahanan dengan Hamas gagal
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
IDF Segera Serbu Rafah, Netanyahu Perintahkan Beli 40 Ribu Tenda dari China,
TRIBUNNEWS.COM - Media Israel, Channel 12 melaporkan tentara pendudukan Israel (IDF) telah memulai persiapan untuk melancarkan agresi militer darat di Rafah jika negosiasi pertukaran tahanan dengan Hamas gagal mecapai kesepakatan.
Menurut laporan media tersebut, seiring proses negosiasi, tentara IDF mulai mengambil langkah untuk mengisolasi kota Rafah.
Baca juga: Dewan Perang Israel Gelar Rapat Malam Ini Bahas Pertukaran Tahanan, Kembali Turuti Mau Hamas?
Dilaporkan, Tentara IDF juga sudah memerintahkan warga sipil untuk pergi dari Rafah dan mengungsi ke lokasi lain.
Surat kabar itu menambahkan laporan persiapan teknis yang dilakukan IDF dalam upaya agresi militer darat ke Rafah.
"Netanyahu memerintahkan pembelian 40.000 tenda dari Tiongkok untuk didirikan di Gaza sebagai persiapan operasi darat di Rafah," tulis laporan tersebut.
Ngambek ke AS Kelar, Netanyahu Kirim Utusan ke Gedung Putih Bahas Penyerbuan Rafah
Adapun Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu tampaknya sudah menyelesaikan 'sikap merajuknya' ke Amerika Serikat (AS).
Selesainya 'ngambek' Netanyahu itu ditunjukkan oleh kesediaannya untuk mengirim delegasi Israel ke Gedung Putih untuk membicarakan serangan Rafah.
"Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berencana mengirim dua pejabat senior Israel ke Washington secepatnya minggu depan untuk melakukan pembicaraan mengenai potensi serangan terhadap Rafah," menurut empat pejabat AS dan Israel yang diwawancarai Axios.
Menurut laporan Axios, keputusan Netanyahu untuk mengirim pejabat yang sama ke Washington menandai perubahan yang signifikan, mengingat baru pada Senin, ia membatalkan perjalanan mereka sebagai protes dan kemarahan atas kegagalan AS memveto resolusi Dewan Keamanan PBB yang mendesak gencatan senjata di Gaza dan pembebasan tawanan yang ditahan oleh Hamas.
"Meski begitu, dampak dari pembatalan perjalanan tersebut dan kebuntuan negosiasi kabarnya semakin memperburuk hubungan antara Netanyahu dan pemerintahan Biden," kata laporan Axios.
Baca juga: Wasekjen PIJ: AS Ingin Perang di Gaza Berlanjut, Perselisihan Biden-Netanyahu Cuma Sandiwara
“Kantor Perdana Menteri telah setuju untuk menjadwalkan ulang pertemuan yang didedikasikan untuk Rafah,” kata sekretaris pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre pada Rabu (27/3/2024).
Dia menambahkan kalau diskusi tentang Rafah adalah hal yang “mendesak.”
Menurut seorang pejabat AS yang berbicara ke Axios, aksi ngambek dengan pembatalan perjalanan delegasi Israel dan retorika yang menyertainya dianggap sebagai “drama yang tidak perlu di pihak Netanyahu.”